Saturday, 30 September 2017

Blog Tour Glaze : Q&A dengan Windry Ramadhina


Hai....

Saya kembali setelah terakhir kali memosting review buku Love O2O dari Gu Man yang merupakan proyek Baca Bareng dengan anak-anak BBI Medan. Tapi kali ini saya tidak ingin bercerita tentang hal tersebut, melainkan saya ingin bercerita tentang blog Tour Glaze karya Windry Ramadhina.

Seaktu mbak Windry mulai memamerkan ilustrasi-ilustrasi tentang Kara dan Kalle di akun instagramnya, sejak itu pula saya sudah jatuh hati pada ceritanya. Lantas kemudian beberapa minggu yang lalu, Lilies @ Purple Bookish mengabari jika penerbit Roro Raya Sejahtera sedang mencari book blogger untuk blog tour buku terbaru mereka, Glaze karya mbak Windry Ramadhina. Iseng saya pun mencoba mendaftarkan diri meski saya sadar kemungkinan saya lolos begitu kecil mengingat blog saya sudah lumayan lama vakum. Tak disangka saya lolos dan... inilah blog tour pertama saya.

Sejak awal mengetahui tentang buku ini saya sudah sangat penasaran dengan proses kreatif buku ini. Dan beruntung saya bisa mewawancarai mbak Windry sehubungan dengan buku ini. Simak yuk wawancara saya dengan mbak Windry :



1. Profesi salah satu tokoh utama dalam buku ini adalah seniman keramik. Dari mana mbak Windry mendapatkan ide tersebut? Apakah terinspirasi dari film lawas Ghost yang dibintangi Demi Moore? :D (kenapa saya mengajukan pertanyaan ini? sederhana saja, ketika saya sedang menyusun daftar pertanyaan wawancara ini tiba-tiba saja dari mp3 player di kantor administrasi kampus mengalun lagu Unchained Melody dari The Righteous Brothers yang merupakan OST. Ghost dan saya langsung teringat pada adegan film tersebut yang sangat terkenal)

Ide mengenai profesi Kara sebagai seniman keramik didapatkan dari diskusi saya bersama Christian Simamora saat kami pertama membicarakan Glaze. Saya ingin menampilkan karakter yang sangat khusus untuk mendukung konflik cerita dan dia--karakter itu--perlu memiliki profesi yang tepat. Selain itu, saya juga ingin menampilkan sesuatu yang baru kepada pembaca.

Seniman keramik sangat pas dengan Kara yang berjiwa bebas, memutuskan sesuatu berdasarkan perasaan semata, kacau, dan berkepala angin. Seni keramik itu sendiri sangat luas dan beragam sehingga Kara bisa masuk ke dalamnya. Saya membayangkan dia sebagai seniman yang ekspresif, intuitif, impulsif. Tetapi, dia juga sederhana, tidak terlalu mempedulikan ornamen atau elemen-elemen dekoratif.

Sehari-hari, dia mengenakan pakaian yang penuh bercak tanah dan cat. Dia kerap tidur di bengkel, lupa makan, tidak menyadari waktu. Dia Dia mengatakan hal-hal yang hanya dipahami olehnya. Dia berbicara dengan tanah liat. Semua itu kualitas yang saya butuhkan untuk membuatnya bertolak belakang dengan karakter Kalle.

Jadi, tidak, saya tidak mendapatkan ide mengenai profesi Kara dari Ghost.

2. Salah satu ciri khas buku mbak Windry yaitu adanya "aura" kesedihan yang melingkupi salah satu atau kedua tokoh utamanya. Apa buku Glaze ini juga begitu?

Glaze sendu, tetapi juga ringan dan lucu. Dia bukan tipe sendu yang berat, tidak seperti beberapa buku saya sebelumnya yang memiliki langit mendung dengan awan tebal berkerumun. Dalam Glaze, saya rasa, pembaca akan banyak tertawa. Ya, barangkali mereka akan sedikit menangis, tetapi Kara dan Kalle tidak akan membiarkan mereka berlarut-larut.

Saat mengembangkan ide cerita Glaze, saya memang berniat demikian. Saya ingin buku ini lebih cerah, lebih segar, manis, lembut, dan menggemaskan. Saya ingin memberi variasi ke karya-karya saya. Belakangan, saya terlalu sering menghadirkan kisah yang pahit. Saya pikir, kenapa tidak bersenang-senang sedikit dengan Glaze?

3. Seberapa penting kehadiran Kuas pada hubungan Kara dan Kalle sehingga ia pun muncul dalam sampul buku Glaze?

Kuas membawa Kalle bertemu dengan Kara. Itu peran terpenting Kuas. Karena semua berawal dari pertemuan tersebut. Selanjutnya, Kuas kerap memancing interaksi kedua tokoh utama. Di banyak adegan, kucing itu mengisi ruang kosong, membuka pembicaraan antara Kara dan Kalle.

Dari segi teknis penulisan, Kuas membantu saya membedakan suara Kara dan Kalle. Karena, mereka memandang kucing itu dengan cara yang berbeda. Mereka juga berlaku berbeda terhadap kucing itu. Yang satu, berbicara dengan kucing itu seperti berbicara dengan orang. Yang lain, memandang kucing itu sebelah mata.

4. Dari board "Inspiration : Kara & Kalle" di akun Pinterest mbak Windry, ada pin yang berjudul "Inspiration for Kalle". Adakah perbedaan mencolok antara sosok Kalle dengan tokoh-tokoh utama pria lain seperti Samuel dan Diyan yang sama-sama berpenampilan rapi?

Saya akan menyebut Diyan rapi, Samuel bergaya, dan Kalle minimalis. Saya tidak tahu dengan pembaca, tetapi bagi saya itu berbeda. Dan, seringnya saya lebih memperhatikan hal-hal di luar cara berpakaian saat memperdalam karakter tokoh. 

Karakter Kalle berbeda dari Diyan, apalagi Samuel. Kalle memiliki masalah keluarga yang tidak dimiliki oleh kedua tokoh sebelumnya. Diyan hanya memiliki masalah cinta. Samuel memiliki masalah dengan diri sendiri. Kalle lebih bitter sehingga dia lebih dingin dan itu memengaruhi caranya berinteraksi dengan orang lain.

Dalam situasi tertentu, Diyan lebih suka memasang topeng ramah sementara Samuel mengekspresikan ketidaksukaan secara jujur lewat gerak-gerik. Kalle? Kalle memilih berwajah datar dan berkomentar dalam hati. Di antara ketiganya, saya rasa, Kalle adalah yang paling tenang, paling bisa menjaga emosi. Dia tidak akan mengejar perempuan sampai keluar negeri. Dia akan menunggu dengan sabar.

5. Adakah kemunculan tokoh-tokoh dari buku mbak Windry yang lain di buku Glaze seperti halnya Samuel yang hadir di Montase atau Ayu yang juga hadir di Walking After You? Seberapa besar peran tokoh tersebut dalam hubungan Kara dan Kalle?

Tidak. Glaze adalah buku dengan dunia yang berdiri sendiri, tidak berhubungan dengan buku-buku saya sebelumnya.

**

Jujur jawaban-jawaban mbak Windry malah makin membuat saya jatuh cinta pada sosok Kara dan Kalle. Oh... nggak ketinggalan juga pada sosok Kuas yang menggemaskan itu. 

Demikian wawancara saya dengan mbak Windry Ramadhina. Semoga kalian makin penasaran dengan karya terbarunya mbak Windry Ramadhina.



10 comments:

  1. Ya ampuuun, jadi Kuas itu nama kucing? Harus baca 2 kali baru ngeh...ada apa denganku?? 🙊🙊

    ReplyDelete
  2. selamat ya mbak dapat kesempatan nge host :)

    ReplyDelete
  3. Saya baru tau ada novel yang seperti ini, memiliki tokoh hewan yang berperan penting dalam pertemuan dua tokoh utamanya. Apalagi hewannya adalah kucing, karena itu hewan yang paling saya suka. :D

    ReplyDelete
  4. Jadi Glaze ini akan happy ending kan? kirain Kuas itu alat buat ngelukis...ternyata kucing. Ih bikin gemes deh buku ini. Nama2 unik jadi semacam 'penanda' khusus tentang Glaze

    ReplyDelete
  5. "Glaze sendu, tetapi juga ringan dan lucu."
    Pernyataan kak Windry ini mengusik rasa ketertarikan aku yang tadinya nggak minat baca novel ini karena alasan nggak suka kisah yang sedih-nyesek, jadi penasaran pengen baca. Apalagi ada Kalle yang katanya sinis tapi bisa menjaga emosi, dan Kuas (si kucing menggemaskan) yang sepertinya menarik dengan keistimewaan masing-masing. :D

    ReplyDelete
  6. wah aku awalnya agak berharap juga Glaze ini masih 'nyambung' sama buku2 Windry yang lain. atau tokoh2nya yang dulu jadi cameo gitu. kan seru juga hehe. btw nama kucingnya antik ya, Kuas. unik dan lucu 😍😍

    ReplyDelete
  7. Sebelumnya aku belum pernah baca novel atau sekedar reviewnya, yang tokohnya itu berprofesi sebagai pembuat keramik. Dan biasanya yang menggeluti profesi ini juga orang-orang yang sudah tua. Tidak menyangka novel ini akan mengangkat profesi itu, unik sekali menurutku. Dan awalnya aku pikir Kuas itu benda, tapi ketika melihat huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital, aku pikir nama orang. Tidak menyangka ternyata itu adalah nama seekor kucing, lucu sekali ya ^_^

    ReplyDelete
  8. Aku suka sama pertanyaan yang diajukan, khususnya nomor 3 & 4. Pertanyaan tentang Kuas membuatku mendapat info bahwa ada salah peran penting yang diberikan pada kucing, bahwa bukan tanpa alasan ada kucing 'mejeng' di covernya. Lalu untuk pin Pinterest, karena aku gak main itu, jadi tidak tahu board-board yang banyak dibuat beberapa penulis. Mungkin setelah ini, aku bisa main ke Pinterest Kak Windry biar bisa tahu gambaran tokoh-tokohnya.
    Terima kasih telah mengajukan pertanyaan ini.

    ReplyDelete
  9. Jujur, pertyaan kk Put dan jawaban Kak Windry membuat aku jadi penasran sama novel satu ini.
    makin keliyengan pengen baca kisa ini.
    pusing mikirn cara biar bisa baca kisah yg bikin tidurku keganggu ini *iya, sampai masuk ke alam mimpi si Kuas gara2 baca Q&A ini sebelum tidur.

    kaaak.. kok aku jadi penasaran juga sama siapa itu Samuel dn Diyan. aku belum baca karya kak Windry sama sekali, kec AITR):

    Jadi penasaran sama apa yg dibilang kak Windry 'Glaze sendu, tetapi juga ringan dan lucu. Dia bukan tipe sendu yang berat'

    kok ya aku pengen banget sesegera mungkin menyelami kisah ini. pengen nangis karena novel ini. pengen negerasain bagian mana yg disebut kak Windry lucu. akankah kali ini aku ikut terhanyut sama tulisan kak Windry spt sebelumnya? atau malah benar2 menenggelamkan aku?
    huhuuuuuu.. pengen banget peluk Kalle.. eh Kuas maksudnya.
    gak deh, pengen banget peluk Glaze ajaaa.. udah meler pengenin novel ini dari pertama kali vote cover):

    ReplyDelete
  10. Menarik sekali.. sebelumnya belum pernah baca novel dengan setting tokoh yang berprofesi di bidang seni utamanya seni keramik. Salut buat mbak Win yang selalu totalitas dalam berkarya.
    Aku sependapat dengan Mbak Win, meskipun sering menghadirkan kisah yang pahit dan bikin nyesek tapi selalu berhasil bikin jatuh cinta. Ditunggu ya karya selanjutnya ^^

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...