Saturday, 30 September 2017

Blog Tour Glaze : #291 : Glaze by Windry Ramadhina

Judul : Glaze : Galeri Patah Hati Kara & Kalle
Sub Judul : -
Serial : -
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit  : Roro Raya Sejahtera (imprint Penerbit Twigora)
Tahun Terbit : pertama kali terbit pada Maret 2017
Tebal : 400
ISBN : 9786026074829
Genre : Contemporary Romance

Format : paperback

Blurb : Seperti glasir di permukaan keramik, aku merasakanmu sepanjang waktu.
Mataku tak lelah menatapmu, diam-diam mengabadikan senyumanmu di benakku.
Telingaku mengenali musik dalam tawamu, membuatku selalu rindu mendengar cerita-ceritamu.
Bahkan ketika kita berjauhan, aku selalu bisa membayangkanmu duduk bersisian denganku.

Seperti glasir di permukaan keramik, kepergianmu kini membungkusku dalam kelabu.
Ruang di pelukanku terasa kosong tanpa dirimu.
Dadaku selalu sesak karena tumpukan kesedihan mengenang cintamu.
Bahkan ketika aku ingin melupakanmu, bayanganmu datang untuk mengingatkan betapa besar kehilanganku.

Aku menyesal telah membuatmu terluka, tapi apa dayaku?
Aku yang dulu begitu bodoh dan naif, terlambat menyadari kalau kau adalah definisi bahagiaku.
Review

Kara dan Kalle bertemu karena hadirnya sosok Eliot diantara mereka. Bagi Kara, Eliot adalah dunianya. Eliot adalah inspirasinya untuk menghasilkan keramik-keramik indah dari tangannya. Eliot adalah sosok yang selalu hadir di benaknya, rumahnya, maupun bengkel seninya. Sementara bagi Kalle, Eliot adalah sumber kebenciannya. Sosok yang datang merampas kebahagiaannya. Sosok yang kehadirannya membuat kedua orangtua mereka sedikit melupakan kehadiran Kalle di keluarga mereka. Sosok yang membuatnya menatap dunia dengan sinis.


Kini Eliot telah pergi dari mereka. Memberikan rasa duka mendalam bagi salah satu diantara mereka dan rasa lega dan sepi yang bahkan tak berani didefinisikan oleh yang lainnya. Tapi Eliot tidak pergi begitu saja. Dia menitipkan pesan sekaligus tugas bagi Kalle. "Tolong jaga Kara, karena gadis itu tak mampu menjaga dirinya sendiri" adalah tugas baru Kalle. Kalle benci mendapat tugas seperti itu namun pada saat bersamaan dia tidak bisa menghindari setiap kali takdir mempertemukan mereka.

Bagi Kara, kehadiran Kalle adalah sesuatu hal yang benar-benar asing. Sekian lama dirinya bersama Eliot, hanya sekali Eliot pernah menyebutkan nama Kalle. Dan kini, Kalle selalu saja hadir dalam hidupnya. Bahkan menolongnya beberapa kali mulai dari mengembalikan Kuas, kucingnya ke rumah Kara, hingga mengantar Kara mengajar ke sekolah alam ketika Kodok, mobil kesayangan Kara, mendadak mogok. Kalle juga memastikan agar Kara selalu makan tepat waktu, hal yang sering kali dilupakan Kara.

Kini Kara takut, jika dia terus bersama Kalle maka dia akan melupakan Eliot. Bagaimana dia bisa dapat melupakan Eliot sementara ia begitu mencintainya.

"Kau bukan mulai melupakannya, Kara. Kau mulai merelakannya." (Rere - p. 192)

My Thought

400 halaman. Saya pikir kapan saya bisa menyelesaikan buku ini dalam waktu singkat demi blog tour sementara belakangan ini sulit mencari wkatu kosong untuk bisa duduk dan membaca buku dengan santai. Tapi ternyata, buku ini bisa saya selesaikan dalam waktu satu di sela-sela kegiatan kuliah saya. Beneran deh, buku ini mengalir dengan lancar dan tidak terasa tiba-tiba sudah di bagian epilog.

Ketika membaca buku ini, saya sudah menduga pasti nuansa kesedihan bakal menguar dari buku ini. Benar saja. Cerita Kara dan Kalle membuat saya nyesek di beberapa bagian. Tapi seperti yang pernah mbak Windry katakan di postingan Q&A disini, ada tawa juga yang dihadirkan mbak Windry di buku ini. Benar saja. Di beberapa bagian saya senyum-senyum sendiri membaca tingkah dan pemikiran baik itu Kara ataupun Kalle. Apalagi tingkah laku Kara yang ceroboh sukses memancing tawa saya.

Seperti biasa, mbak Windry menggunakan sudut pandang dari kedua tokohnya. Yang membuat saya sebagai pembaca lebih bisa menyelami karakter masing-masing tokoh. Karakter Kara dengan kecerobohan dan interaksinya dengan Kuas yang suka kabur ke rumah Eliot. Karakter Kalle yang tenang dengan kehadiran Lim yang banyak mengusik pemikiran Kalle dengan ucapan-ucapannya yang sering memancing "emosi" Kalle.

Meski begitu, saya mengharapkan ending yang sedikit lebih panjang di buku ini. Ya... lebih panjang dari yang ada saat ini. Tapi dibandingkan buku terakhir mbak Windry yang saya baca yaitu Angel In The Rain saya lebih menyukai buku ini. Dan.... bicara tentang Kalle, saya menempatkannya di posisi ke 4 dari book boyfriend khusus buku-buku mbak Windry setelah Simon, Sigi, dan Rayyi. Maaf ya mbak Windry, posisi Simon masih belum tergantikan ;))

**


Dan sekarang giliran challenge yang wajib diikuti oleh para host blog tour Glaze. Tantangannya adalah memotret buku Glaze dengan benda berawalan "K". Ya.. "K" mewakili banget buku ini. Kara, Kalle, Kuas dan Kodok. Dan benda pilihan saya untuk tantangan kali ini adalah :



Saya memilih kacamata hitam atau yang populer dengan sebutan kacamata RayBan. Alasan saya memilih kacamata adalah benda satu ini merupakan benda paling penting buat saya. Bisa kabur dan remang-remang dunia ini kalau saya nggak pakai kacamata. Dan kacamata hitam itu menjadi pilihan untuk difoto dibandingkan kacamata yang saya pakai karena kacamata hitam itu kacamata kesayangan saya. Ya... kalau lagi travelling saya tuh bisa ikut ngeksis dengan kacamata hitam minus tersebut layaknya para traveller lain. Maklum, saya baru tahu beberapa tahun belakangan ini kalau ternyata kacamata hitam itu bisa dibikin minus atau plus tergantung permintaan. *iya, ndeso banget yak saya*

Ohya... setelah ini akan ada giveaway di blog saya. Jadi tungguin ya....


11 comments:

  1. Okay, jadi bukan hanya Kuas yang menghubungkan Kalle dan Kara tapi Elliot juga.

    Btw, itu blurbnya puitis banget sih

    ReplyDelete
  2. Mungkin Kalle yang lega dengan kepergian Elliot dan Kara yang terluka, tapi bisa jadi kebalikannya juga. Waaahh...penasaran!!!

    ReplyDelete
  3. Beneran deh karya Windry selalu berhasil meninggalkan kesan mendalam untuk yang membacanya. Sebelumnya aku baca Memori dan Orange, dan keduanya berhasil bikin aku jatuh cinta sama gaya menulis mba Windry ini. AKu penasaran sekali dengan buku ini dan emang udah rindu sekali ingin baca karya terbarunya teh Windry. Tks ulasannya mbak :)

    ReplyDelete
  4. Saya suka dengan cerita-cerita yang seperti ini, di mana kita ingin melupakan sesuatu, tapi tidak bisa, sehingga kita harus melakukan hal lainnya, alih-alih melupakannya.

    ReplyDelete
  5. Nama2nya unik ya? Inisial K semua...Yg paling bikin ketawa yaa nama mobilnya:: Kodok. Apa memang VW Kodok?
    Eniwei...penasaran. Dan kenapa sih kakak adik di novel kebanyakan cinta pada 1 wanita yg sama?

    ReplyDelete
  6. 400 halaman dan si kakak masih pengen ending yang lebih panjang??
    Whoaa bener-bener bikin penasaran niy!
    Jujur aja sebelumnya aku kurang tertarik sama novel ini karena cerita sedihnya yang bakalan nyesek. Tapi sekarang jadi pengen baca deh. :D

    ReplyDelete
  7. baca reviewnya jadi sedikit punya gambaran sama cerita Glaze dan hubungan antara Kalle-Kara-Eliot. pastinya bakal bikin baper ya novelnya, mengingat gaya berceritanya Windry yang sendu2 manis, tapi ada bikin ketawanya juga. jadi gak sabar pengin baca Glaze ๐Ÿ˜๐Ÿ˜ oya ngomong2 tentang book boyfriend, aku belum kenalan sama Simon. penasaran seberapa menarik dia sampai jadi peringkat pertama gitu ๐Ÿ˜๐Ÿ˜

    ReplyDelete
  8. Ya ampun, setelah menemukan nama Kuas, ternyata ada lagi nama yang nggak kalah unik. Serius nama mobilnya Kodok? Apakah ada lagi nama-nama unik lainnya? Sepertinya harus baca novel in untuk menemukannya. Semoga bisa berjodoh;)

    ReplyDelete
  9. Seperti Kak Putri yang mengharapkan ending lebih panjang, aku juga mengharapkan review yang lebih panjang untuk novel ini. Setelah membaca review di atas, aku hanya menemukan beberapa poin, misalnya karakter, suasana yang tidak terlalu sendu dan malah membuat tersenyum. Sayangnya, aku tidak mendapat info tentang penggunaan sudut pandang, alur, setting, dan plotnya.
    Jadi, sejauh ini, info yang aku dapatkan dari review terasa belum lengkap.

    Maaf kalau kurang berkenan, dan terima kasih atas kesempatan yang diberikan pada pembaca blog ini untuk mengungkapkan pendapatnya.

    ReplyDelete
  10. Huwoooo...
    reviewnya kak Putri ini yang paling bikin aku makin penasaran sama novel satu ini.

    ada beberapa bagian yg bahkan nggak disebutkan di review blogtour sebelumnya.
    daaaaaan...
    aku penasaran sama novel yg mempunyai tebal hampr 400 ini bisa habis dlm sekali duduk. seberapa ringan dan mengalir sih buku ini? kan jadi kepo.
    apalagi kak Put bilang lebih menyukai buku ini dibnding AITRใ…กyang tanpa pikir panjang aku masukin sbg buku favorit, pdhal blum pernah baca novel kak Windry seblumny.

    pensaran dengan apa yg dilakukan Kalle. apakah dia melaksanakan pesan Eliot dg ikhlas? atau terpaksa? atau malah ada ha tersembunyi dibaliknya? semisal balas dendam ke Eliot melalui Kara gitu? >< Makin ngaco.

    huaaaaa... Kuaaas? aku kira Kuas itu benda. pas baca review ulang baru ngeh kalo Kuas itu nama Kucing. pantesan kok bisa lari-lari :D jadii... rumah Kara dn Eliot berdekatan? tetangga?

    trus trus, konflik dlm novel ini apasih? eksekusinya gimana??? jadi penasaran sama Kara yg punya kodok):

    ReplyDelete
  11. Novel ini masih masuk jajaran top wishlist nih! Semoga bisa beruntung di giveawayna hehe..
    Sejak kenalan sama mbak Windry lewat Interlude, aku jadi ketagihan sama semua karyanya. Mbak Win selalu menghadirkan sesuatu yang unik, sama seperti Kara-Kalle ini. Selain sendu, sepertinya juga akan kental dengan nuansa kesenian. Setelah baca reviewnya jadi punya gambaran sekaligus pertanyaan, apakah pecahan keramik itu punya arti eksplisit atau implisit? hehe..
    Btw, aku belum kenalan dengan Simon dan Sigi. Kenal Rayyi sekilas lewat Last Forever sih, tapi bagiku Samuel Hardi masih nomor satu :D

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...