Sub Judul : -
Serial : -
Penulis : Oka Aurora
Penerbit : Noura Books
Tahun Terbit : Mei 2013 (pertama kali terbit pada Mei 2013)
Tebal : 362 halaman
ISBN : 9786027816336
Genre : Young Adult
Format : paperback
Status : punya sendiri
Blurb : Elaine, sang pemain biola, yakin bahwa musik adalah segala-galanya. Namun, ayahnya menentang, menganggapnya sia-sia.Tara, berusaha menguasai nada-nada snare drum meski memiliki keterbatasan pendengaran. Tetapi, luka masa lalunya terus menghantui.Lahang, di tengah deritanya, berusaha memenuhi janji pada sang ayah. Namun, dilema membuatnya ragu melangkah.Rene bermimpi membawa mereka, tim marching band yang dilatihnya, menjadi juara. Meskipun mereka hanya datang dari sebuah kota di pelosok negeri. Meskipun orang lain menganggap itu mustahil.Mereka berlatih ribuan jam hanya demi 12 menit penentuan. Mereka bertedad membuktikan pada dunia. Bahwa mimpi harus kau percayai agar terwujud. Dreaming is believing. Dan bersama-sama mereka akan menyerukan, Vincero!
Rene, seorang pelatih marching band datang ke kota kecil di Kalimantan Timur untuk melatih sebuah marching band di kota itu. Marching Band Bontang Pupuk Kaltim (MBBPKT). Sebagai lulusan Amerika Rene terbiasa mendidik anak muridnya dengan disiplin tinggi dan pantang menyerah. Pun ketika ia mendidik anak-anak marching band Jakarta metode latihannya tak mendapat kendala berarti. Tapi anak-anak Bontang kesulitan menerima metode latihannya.
Sejak awal menerima tawaran pekerjaan ini Rene sadar karakter anak Bontang sangat berbeda jauh dengan anak Jakarta. Tak cuma mengajarkan teknik bermain musik tapi Rene juga harus bisa menanamkan kepercayaan diri kalau anak-anak kota kecil itu bisa menjadi juara di Jakarta dalam ajang Grand Prix Marching Band (GPMB). Anak-anak itu merasa kecil karena mereka berasal dari kota kecil. Tak cuma itu, tantangan lainnya yang harus dihadapi Rene adalah Manajer MBBPKT yang sepertinya senang sekali berdebat dengannya. Ada saja hal yang rasanya penting untuk diperdebatkan Pak Manajer dengannya.
"Tak seperti saat ia membina anak-anak Jakarta, keyakinan Rene kali ini nyala-padam. Lebih banyak padamnya, seperti api yang belum sempat menyala besar sudah keburu dibekap karung basah. Selama kariernya mengajar, belum pernah ia semegap-megap ini." (hal. 278)
Elaine, seorang violinist sekaligus field commander yang terpaksa datang ke Bontang mengikuti kepindahan papanya, Mr. Josuke Higoshi yang diterima menjadi Senior GM di Pupuk Kaltim. Besar dan hidup di Jakarta yang serba cepat dan sibuk membuat Elaine harus mencari cara agar dirinya betah di kota kecil dan sepi seperti Bontang. Marching Band pun menjadi pilihan Elaine meski untuk bisa bergabung Elaine harus membuat perjanjian dengan Papa. Nilai-nilai pelajaran di sekolahnya tak boleh kurang dari sembilan puluh lima. Mr. Josuke memang melarang keras Elaine untuk bergabung di marching band. Baginya marching band cuma untuk hura-hura.
"Memangnya dia mau jadi apa? Mau jadi dirigen seumur hidupnya? Mau hidup dari marching band? Marching band nggak bisa bikin dia kaya!" (hal. 237)
Tara, seorang pemain snare drum punya masalah kepercayaan diri yang besar. Sejak kecelakaan yang menewaskan sang ayah, Tara pun mengalami penurunan fungsi pendengaran. Fungsi pendengaran Tara hanya tinggal sepuluh hingga dua puluh persen. Kerumitan itu diperparah oleh kepergian ibunya ke Inggris guna melanjutkan kuliah ke jenjang S2. Dan sekarang Tara hanya hidup dengan Opa dan Oma di Bontang. Bergabung ke marching band adalah jalan bagi Tara untuk bisa kembali mendapatkan kepercayaan dirinya. Namun seperti halnya Rene, semangatnya lebih sering padam. Mungkin ia memang tak akan pernah bisa bermain di marching band lagi.
"Kadang-kadang hidup itu ya kayak gitu, Dek. Kayak dorong mobil di tanjakan. Susah. Berat. Capek. Tapi, kalau terus didorong, dan terus didoain, Insya Allah akan sampai." (hal. 160)
Lahang, seorang penari dari departemen color guards MBBPKT punya masalahnya sendiri di rumah. Setelah kematian sang ibu lima tahun lalu, dan Lahang tak sempat menyaksikan ataupun mengantarkan ibunya ke liang kubur, kini masalah serupa datang kembali menderanya. Sang ayah yang seorang kepala suku Dayak menderita kanker otak dan kondisinya hari ke hari semakin memprihatinkan. Lahang semakin berat untuk meninggalkan rumah dan berangkat ke Jakarta. Namun disisi lain, Jakarta adalah impian sang ibu yang belum sempat tercapai.
"Berapa pun waktu yang diberikan, tak seharusnya dihabiskan dengan ketakutan. Karena ketakutan, anakku, tak akan pernah menyambung hidupmu. Yang akan menyambung hidupmu, hanya keberanian." (hal. 104)
Selama tiga bulan sebelum GPMB Rene harus bisa memotivasi anak-anak MBBPKT kalau mereka bisa dan pantas untuk menang. Rene harus bisa memotivasi Tara kalau penurunan fungsi pendengarannya masih bisa membuatnya bermain marching band. Ia juga harus bisa memotivasi Elaine, hanya dibutuhkan keberanian besar untuk meyakinkan sang papa kalau menjadi seorang field commander adalah pilihan hidupnya. Dan Rene harus bisa meyakinkan Lahang, seberapa pun usianya ia bisa membuat ayahnya dan Lah Ta'ala bangga.
My Thought
Sebenarnya buku 12 Menit ini sudah saya baca sejak bertahun-tahun lalu. Tapi entah kenapa saya selalu malas membuat reviewnya. Sewaktu Lebaran kemarin, semangat saya sedang berada di titik terendah, entah mengapa tiba-tiba saya kepikiran untuk membaca ulang buku ini.
12 Menit adalah sebuah buku yang sarat dengan emosi dan tentu saja penuh dengan insiprasi. Ditulis dengan gaya bahasa yang sederhana tapi mempunyai emosi yang kuat. Di satu sisi kita bisa tertawa karena celetukan atau pemikiran tokohnya. Di sisi lain kita akan terharu melihat pergolakan batin masing-masing tokoh baik itu Tara, Elaine, Lahang, maupun Rene. Dan di sisi satunya lagi kita akan dibuat bangga dengan pencapaian mereka. Bukan perkara kemenangan tapi tentang kemampuan mengalahkan rasa takut.
Pergolakan batin yang ketiga remaja itu hadapi juga tidak ditulis dengan buru-buru. Masalah ketiganya bisa dijumpai oleh siapa saja. Dan poin lebihnya dalam buku ini adalah jatuh bangun ketiga remaja itu sangat terasa. Tidak hanya jatuh lalu bangun dan lantas menjadi pahlawan. Tapi ya.. seperti roller coaster ada naik turunnya. Sebentar semangat, sebentar padam.
Buku ini dibuka dengan cerita tentang marching band. Tidak banyak memang, tapi cukup memberikan gambaran tentang apa dan bagaimana marching band itu dan khususnya Marching Band Bontang Pupuk Kaltim. Juga tentang karakter-karakter di dalamnya, bagaimana Rene bisa jatuh cinta pada marching band kemudian menjadi seorang pelatih marching band sukses, dan bagaimana Toby bisa menjadi pelatih tari untuk MBBPKT.
Karakter-karakter dalam buku ini juga cukup simpatik, bahkan bagi Mr. Josuke yang sedikit menyebalkan itu. Kita bisa banyak belajar dari masing-masing karakter. Rene mengajarkan bagaimana bermimpi dan menjadikan mimpi itu nyata. Elaine mengajarkan keberanian untuk mengambil pilihan hidup sesuai passion kita. Tara mengajarkan bagaimana keluar dari zona nyaman dan menghadapi zona baru yang kadang melelahkan. Lahang mengajarkan bagaimana berdamai dengan masa lalu dan menghadapi masa depan meski tidak pasti dan sering menakutkan.
Ada banyak "the-most-nyesek-moment" di buku ini buat saya, tapi yang paling membuat nyesek adalah saat Lahang akhirnya mengetahui tentang kondisi terakhir bapaknya dan saat Rene berusaha menenangkan Lahang di latihan terakhir sebelum Malam Pelepasan. Momen nyesek saya sebagian besar memang berkaitan dengan Lahang dan bapaknya. Mungkin karena saya baru kehilangan ayah jadi momen-momen diantara Lahang dan bapaknya begitu menyentuh saya.
"Kamu kusiapkan sejak dulu untuk menjalani hidupmu, Lahang. Hidupmu. Jadi, jangan biarkan hidupku menghambat hidupmu." (hal. 272)
Tidak hanya berhasil membuat saya merasa mengharu-biru, buku ini juga sukses membuat saya ngakak habis-habisan sewaktu anak-anak itu akan berangkat ke Balikpapan untuk selanjutnya menuju Jakarta. Luar biasa heboh mereka, khususnya bagi mereka yang belum pernah naik pesawat.
Buku 12 Menit ini merupakan buku yang diadaptasi dari skenario film 12 Menit Kemenangan Untuk Selamanya. Buku ini dibuat untuk menjangkau masyarakat yang tidak memiliki akses bioskop di daerahnya. Trailer filmnya sendiri sudah sangat membuat penasaran.
Buku 12 Menit ini merupakan buku yang diadaptasi dari skenario film 12 Menit Kemenangan Untuk Selamanya. Buku ini dibuat untuk menjangkau masyarakat yang tidak memiliki akses bioskop di daerahnya. Trailer filmnya sendiri sudah sangat membuat penasaran.
Buat saya kalau sudah membaca bukunya tanpa menonton filmnya rasanya amat sangat tidak lengkap. Balik lagi ke tahun 2014 saat film ini diputar, saya tidak sempat menyaksikan film ini di bioskop. Tidak ada bioskop di daerah penempatan saya saat itu. Dan saat ini, dua tahun telah berlalu, saya masih penasaran dengan film ini. Capek banget nyari film originalnya tidak pernah ketemu. Apalagi kalau nyari bajakannya, gak usah ditanya lagi. Pokoknya niat banget deh saya nonton filmnya. Doain ya suatu saat nanti saya berhasil menonton filmnya. Saya yakin filmnya pasti keren!
Trivia
Grand Prix Marching Band atau lebih dikenal dengan GPMB adalah ajang kompetisi marching band tahunan tingkat nasional yang diadakan oleh Yayasan GPMB di Indonesia. GPMB sudah digelar sejak tahun 1982 dan umumnya diselenggarakan pada bulan Desember. Aspek-aspek penilaian dalam kompetisi ini diantaranya :
- Aspek musikal ; meliputi harmonisasi, serta teknis permainan baik kelompok, ataupun perseorangan : Music Analysis Horn Line, Music Analysis Percussion Line,Solo Horn, Duet Horn, serta Solo Percussion.
- Aspek visual ; meliputi koreografi, baris berbaris, busana, serta teknis permainan secara kelompok ataupun perseorangan : Marching and Maneuvering,Display and Showmanship, Color Guard, Busana Team, serta Busana Field Commander.
- Aspek kepemimpinan ; umumnya meliputi faktor individu, komandan lapangan, dalam kapasitasnya memimpin sebuah pertunjukan : Field Commander.
- Aspek umum ; meliputi faktor seni serta estetika dalam pertunjukan secara keseluruhan : General Effect. (1)
Marching Band Bontang Pupuk Kaltim atau yang lebih dikenal dengan MBBPKT merupakan grup marching band yang berasal dari kota Bontang provinsi Kalimantan Timur dibawah naungan PT. Pupuk Kalimantan Timur. Grup ini berhasil meraih 11 kali juara umum dalam kejuaraan marching band tingkat nasional (GPMB), beberapa diantaranya secara berturut-turut. Pada awalnya marching band ini hanya dikhususkan untuk para putra/putri dan karyawan/karyawati PT Pupuk Kaltim. Namun sulitnya sistem kaderisasi anggota akhirnya membuat marching band ini membuka keanggotaan secara luas termasuk dari masyarakat sekitar. Marching band ini juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah. (2)
Sumber :
(1) https://id.m.wikipedia.org/wiki/Grand_Prix_Marching_Band
(2) https://id.wikipedia.org/wiki/Marching_Band_Bontang_PKT
DREAMING IS BELIEVING. VINCERO!
PS : untuk membaca review film 12 Menit Kemenangan Untuk Selamanya bisa berkunjung kesini.
PS : untuk membaca review film 12 Menit Kemenangan Untuk Selamanya bisa berkunjung kesini.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.