Judul : Kita & Rindu Yang Tak Terjawab
Sub Judul : -
Serial : Indonesiana #3
Penulis : Dian Purnomo
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : Juni 2015 (pertama kali terbit pada Juni 2015)
Tebal : 279
ISBN : 9797808238
Genre : Contemporary Romance
Format : ebook
Status : beli di Google Play
Blurb : " Di antara banyak cerita yang pernah kudengar, kisah dari tanah asalku selalu mampu meninabobokan. Tentang kebanggaan, ketegaran, kebersamaan, keutuhan. Sayangnya, tentang kisah cinta yang sempurna tak pernah melekat.Kilau Danau Toba yang sering jadi dambaan seakan sampai ke teras rumahku. Hawa dinginnya menyapu lembut wajahku, sambil membisikkan rahasia. Bahwa Samosir, pulau di dalam pulau itu, selalu setia menunggu.Aku pernah berharap kenyataan tentang kita juga seperti itu. Namun, sepertinya harapan itu terbang terlalu tinggi sehingga tak mampu kuraih.Kita pernah berjanji, akan menjejakkan kaki sejauh yang kita bisa. Juga berjanji hati akan tetap di sini. Terikat bersama rindu-rindu yang selalu kukirimkan.Sayangnya, balas rindu belum juga sampai. Adakah di semilir angin Danau Toba kau titipkan jawabnya? Aku menunggu di sini, harapan semakin samar. Jika aku tetap setia, masihkah semesta mau memihak kita?—Naiza
"Maafkan aku, Nai.""Kamu minta maaf untuk apa?""Karena aku bukan Batak."
Papa Naiza masuk rumah sakit dan didiagnosa terkena serangan jantung. Dokter menyarankan agar beliau dioperasi, namun Papa menolak. Alasannya sederhana saja. Papa itu walaupun garang seperti layaknya orang Batak pada umumnya tapi beliau juga takut sama jarum. Tapi sesungguhnya beliau punya satu kekhawatiran besar. Beliau tidak ingin meninggal sebelum Naiza menikah dan mempunyai anak. Akhirnya Papa, Mama, dan Naiza membuat kesepakatan. Papa menjalani operasi jantung yang paling ditakutinya itu asalkan Naiza cepat-cepat menikah dengan orang Batak juga.
Maka dimulailah pencarian calon suami Naiza. Mama dan Papa menjodohkan Naiza pada Sydney, cowok Batak sekaligus pariban Naiza. Sebenarnya sih Naiza punya calon khusus sebagai suaminya. Dia adalah Tantra. Tetangga sekaligus teman Naiza dalam segala hal. Tapi masalahnya Tantra itu hanya setengah Batak, ayahnya Jawa dan ibunya Batak.
Tantra juga masih belum punya pekerjaan tetap karena saat ini dia sedang menjalani program S2. Apalagi saat ini Tantra jauh dari Indonesia, dia berada di Eropa. Pokoknya Tantra itu tidak masuk dalam daftar calon suami potensial versi Papa. Namun diam-diam sesungguhnya Naiza punya perasaan berbeda pada Tantra. Bagi Naiza, Tantra bukan hanya sekedar sahabat, Tantra adalah segalanya. Ya... Naiza mulai jatuh cinta pada Tantra.
Tapi Naiza tak bisa berbuat apaun. Tantra begitu jauh darinya sementara yang ada disini bersamanya hanyalah Sidney. Berkebalikan dari Tantra, Sidney adalah calon suami paling potensial yang bisa ditemukan oleh orangtua Naiza hingga saat ini. Dia orang Batak, punya pekerjaan mapan, dan hobi naik gunung, suatu hal yang sangat diidam-idamkan Naiza sejak lama namun tak pwrnah terwujud karena Papa dan Mama tak pernah memberi izin. Ajaibnya, ketika Sidney meminta izin Papa dan Mama untuk naik ke gunung, tanpa basa-basi izin itu langsung diberikan.
Meski Sidney pernah menyatakan cintanya dan melamar Naiza ketika mereka hanya berdua, namun Naiza belum memberikan jawaban atas lamaran Sidney. Maklumlah, dirinya masih mengharapkan Tantra yang menjadi suaminya. Tapi ketiadaan jawaban dari Naiza bukan menjadi halangan untuk Papa dan Mama . Mereka mulai merancang rencana pernikahan Sidney dan Naiza.
Mama mulai mencari brokat Perancis untuk baju pernikahan Naiza sementara Papa mulai datang ke gereja Sidney untuk mengurus martumpol, izin menikah di gereja. Karena martumpol sudah mulai diurus maka Sindey dan Naiza pun mulai menghadiri kursus pra pernikahan di gereja Tantra. Para tetua Batak di Jakarta dan di Samosir. kampung halaman Papa dan Mama pun sudah diundang dan tiket pesawat sudah mulai dipesan.
Rencana pernikahan itu sudah di depan mata,tapi sekuat apapun Naiza untuk belajar mencintai Sidney, sosok Tantra tetap saja hadir. Dan perasaan pada Tantra semakin kuat ketika akhirya Tantra mengatakan sesuatu hal yang amat sangat tidak diduga Naiza. Sesungguhnya Tantra sudah mencintai Naiza sejak mereka remaja.
My Thought
Setelah membaca buku ini saya baru menyadari kalau urusan pernikahan dalam adat Batak itu luar biasa ribet. Sekilas jika dibaca cerita Naiza - Tantra - Sidney itu agak tidak masuk di akal. Masa sih udah jaman modren dan canggih seperti ini urusan nikah aja bisa seheboh itu. Harus menikah dengan orang Batak atau ya dengan pariban sendiri. Tapi apa yang dialami mereka bertiga itu bisa saja dialami oleh siapa saja yang berdarah Batak. Pariban itu pilihan paling sempurna untuk menjadi suami / istri kecuali kalau paribannya itu nggak banget deh, baru pacar atau orang lain jadi pilihan selanjutnya.
Tidak percaya? Saya kasih satu cerita tentang seorang teman saya, panggil saja dia Eli. Jadi Eli ini udah punya pacar, si pacar pun punya pekerjaan mapan dan orang Batak juga. Suatu hari tiba-tiba Eli dijodohkan dengan paribannya, si pariban ini tinggal berbeda pulau dengan Eli. Bicara tampang, jauh lebih ganteng si pacar deh. Singkat cerita, bukannya menikah dengan si pacar Eli lebih memilih si pariban. Ini membuktikan kalau urusan pariban dalam Batak itu rumit.
Bicara tentang Batak harus menikah dengan Batak juga, pernah menonton film Demi Ucok gak? Permasalahan di film itu juga nyaris sama dengan buku ini. Batak harus menikah dengan Batak. Di film itu Mak Gondut pernah berkata "tugas perempuan Batak itu : menikah dengan Batak, lahirkan anak Batak, dan punya menantu Batak." See? Sejalankan pemikiran antara Mak Gondut dengan Papa dan Mama Naiza.
Tapi yang paling bikin saya kesal saat membaca buku ini, kok ya susah banget sih antara Tantra dan Naiza ngomong suka sama suka gitu. Dan cerita tentang Sidney itu bagi saya agak tidak masuk akal. Terkesan memaksa agar cerita semakin seru.
Bagian favorit saya di buku ini apalagi kalau bukan percakapan antara Papa dan Mama. Bikin ngakak apalagi diselipin kalimat-kalimat dalam bahasa Batak. Sementara karakter yang menjadi favorit saya adalah Mira, sosoknya benar-benar bisa menjadi sahabat sejati bagi Naiza.
Favorit Quotes
"Kata kunci dalam perkawinan itu adalah cinta dan pengorbanan. That would be all. Dengan cinta, dia menemukan semua solusi masalah di dunia ini. Buat menjalaninya butuh penjuangan." (hal. 167 - 168)
Bener kok, emang rumit banget menikah dengan adat batak. Karena Sepupu saya mengalami hal serupa. Apalagi kami ini bukan orang yang memiliki marga, jadi pertama kali, sepupu saya harus memilih wali dari orang batak, kemudian masuk ke proses 'membeli' marga, setelah itu baru mengikuti adat lainnya.
ReplyDeleteBagaimana pun ribetnya, memang adat seperti itu sebagai warisan leluhur yang masih perlu dilestarikan :). Setidaknya meski ribet, tapi kalau sudah cinta mau gimana lagi yaa kak :)
Salam,
bacaanipeh(dot)web(dot)id