Sub Judul : -
Serial : -
Penulis : Ade Tuti Turistiati
Penerbit : Quanta (Elex Media Komputindo)
Tahun Terbit : July 2014 (pertama kali terbit pada July 2014)
Tebal : 288
ISBN : 9786020244761
Genre : Contemporary Romance
Format : ebook
Status : pinjam dari iJakarta
Rating : 2/5
Blurb : Sakti Perdana, eksekutif muda, master lulusan universitas terkemuka di Amerika, masih sendiri di usianya yang ke-32. Kedua orangtua, saudara, dan teman-teman berlomba mencarikan jodoh untuknya. Laki-laki pertama yang dikenalkan oleh orangtuanya adalah Ardan. Hampir setiap hari Ardan mencoba menjalin hubungan lebih dekat dengan Sakti. Yang terjadi, semakin didekati, Sakti semakin menjauh. Laki-laki kedua adalah Dimas, teman Aning, sahabat Sakti. Aning berharap Sakti bisa mengikuti jejaknya menemukan tambatan hati di sebuah kelompok pengajian para eksekutif muda. Namun, Sakti antipati pada Dimas yang menurutnya lelaki pelit dengan keringat berbau kecut.
Laki-laki ketiga adalah Abdul Soleh, dosen honorer di sebuah perguruan tinggi swasta di pinggiran Jakarta, merangkap guru ngaji di sebuah musala. Bahasanya formal. Gaya berpakaiannya tak sesuai dengan Sakti. Sakti langsung merasa mual, sebal, dan sakit kepala. Kegundahan membawa Sakti menemui Eva, sahabatnya, yang menikah tanpa cinta tapi kemudian berhasil membangun rumah tangga yang bahagia. Terinspirasi dengan kisah Eva, Sakti bertekad untuk hijrah. Hijrah dalam pola pikir, sikap, dan perilaku yang kurang baik ke segala sesuatu yang lebih diridai Allah Azza wa Jalla. Dalam proses hijrah itu, berbagai godaan datang, membuat Sakti goyah dan bimbang….
Review :
Sakti Perdana, gadis berusia 32 tahun, seorang executive senior di sebuah perusahaan besar, lulusan S2 dari universitas di Amerika Serikat kini sedang gundah gulana. Karena usianya keluarga bermaksud menjodohkan Sakti dengan kenalan keluarga. Perkenalan itu tidak ada yang berjalan sempurna. Sakti menolak mentah-mentah semua perkenalan itu hingga orangtua salahsatu cowok yang akan dijodohkan menyampaikan rasa kecewa yang mendalam karena tak sekalipun Sakti membalas SMS atau mengangkat telepon dari anak si teman ayah.
Serangkaian petuah pun disampaikan oleh Ayah dan Ibu Sakti. Mau tidak mau Sakti harus merobah tingkah lakunya yang kebanyakan orang menganggapnya sombong. Merobah tingkah laku adalah salahsatu cara agar jodoh lempang didapatkan Sakti. Pada saat bersamaan seorang cowok berprofesi sebagai dosen honor sekaligus guru ngaji kampung meminta perkenalan pada Sakti. Tak ingin lagi dimarahi atas tingkahnya Sakti pun menerima perkenalan cowok yang menurutnya enggak banget. Cowok yang bernama Abdul Soleh itu dinilai Sakti cowok yang kampungan sekaligus norak. Tapi AS (panggilan Sakti untuk Abdul Soleh) punya kepribadian yang santun.
Sejujurnya rada capek saat membaca buku ini. Kesan yang saya ambil dari buku ini nggak banget deh. Karakter tokohnya yang too good to be true hingga adegan yang gak masuk di akal. Contohnya :
- Seorang cowok eksekutif muda yang mau berkenalan dengan Sakti tapi gayanya nggak banget. Sepatu dan kaos kakinya begitu bau hingga dari jarak sekian meter sudah tercium. Lalu si cowok juga digambarkan berkeringat terus bahkan AC yang terdapat di restoran tempat mereka bertemu pun tak mampu mendinginkan kegerahan yang dirasakan si cowok. Pertanyaan saya : bukannya kalau esmud (eksekutif muda) itu terkenal dengan gayanya yang rapi dan wangi? Kenapa di buku ini malah jadi seperti itu?
- Cerita antara istri mantan pacar Sakti yang menemani suami dan selingkuhannya untuk berobat bersama di rumah sakti karena si selingkuhan ternyata kena kanker otak.
- Sewaktu Sakti masuk rumah sakit dikatakan Hbnya turun sampai poin lima. Saya sedikit nggak ngerti disini. Ini Hbnya turun hanya lima poin atau Hbnya tinggal lima poin saja? Kalau Hbnya sudah sampai lima poin itu artinya udah gawat banget, harus dicari penyebabnya dan gak mungkin hanya menstruasi penyebabnya. Lagi pula dengan Hb yang segitu itu artinya Sakti harus segera menjalani transfusi darah. Nggak cuma sekedar dirawat di RS.
- Sakti digambarkan sebagai seorang eksekutif muda, tapi masa sih dia kaget ngeliat harga segelas teh hijau mencapai angka 20an ribu. Bukannya kalau seorang eksekutif muda itu sudah terbiasa dengan restoran yang berkelas?
Apa sih kesimpulan paling akhir yang saya ambil dari buku ini? Sederhana saja. Kalau ingin jodohmu lancar, umroh dong, Terbukti dari si Sakti yang ketemu jodoh setelah selesai umroh. Trus kalau nggak punya duit gimana dong? Apa jdohnya gak bakal dateng? Hehehe... terdengar sinis memang. Tapi menurut saya umroh itu agak sedikit memaksa untuk dimasukkan dalam cerita. Yang paling saya sukai dari buku ini hanyalah sampulnya.
Emang nggak banget buku ini, hahahaa. Sebal banget sama penulis ngebikin poin negatifnya cowo2 yang deketin Sakti dengan sangat maksa. *Rawr
ReplyDelete