Judul : Walking After You
Sub Judul : -
Serial : -
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : pertama kali terbit pada Desember 2014
Tebal : 328
ISBN : 979780772X
Genre : Contemporary Romance
Format : paperback
Status : punya sendiri
Lokasi Cerita : Jakarta
Rating : 4/5
Blurb : Masa lalu akan tetap ada. Kau tidak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.
Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.
An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.
Pernahkan kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.
Mungkin, kisah An seperti kisahmu.
Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.
An dan Arlet, kembar identik yang punya impian untuk membuka trattoria. An spesialisasi di bidang kuliner Italia sementara Arlet spesialisasi di bidang pastry. Bersama pelan-pelan mereka mengumpulkan ide untuk membuat mimpi mereka terwujud. Hingga suatu hal terjadi dan Arlet meninggalkan An.
Pasca kepergian Arlet, An banting setir mencoba peruntungan di bidang pastry. Ia pun melamar menjadi asisten koki di toko kue milik sang sepupu, Galuh. Di Afternoon Tea, toko kue Galuh, An harus beradaptasi dengan cepat menghadapi tingkah laku sang koki, Julian.
Meski sering dimarahi oleh Julian tapi An tetap bertahan. Tidak mungkin ia begitu saja menyerah mewujudkan mimpi Arlet. Selain itu juga ada Ayu, Gadis Pembawa Hujan penuh misteri yang sering datang ke Afternoon Tea.
Saat An berpikir hidupnya mulai berjalan teratur dan pelan-pelan hatinya mulai tertarik pada Julian, tepat saat itu semuanya hancur berantakan. Afternoon Tea terancam mengalami kerugian karena kesalahan pesanan yang dibuat An. Dan seorang laki-laki di masa lalu Arlet dan An hadir kembali melanjutkan cerita lama.
Membaca Walking After You membuat saya lapar. Lapar pengen nyicip semua makanan yang dideskripsikan di buku ini. Entah itu dari makanannya atau pastry-nya.
Salah satu yang membuat mbak Windry menjadi penulis favorit saya adalah dia mampu menghadirkan suasana yang benar-benar nyata di setiap bukunya bahkan setelah buku itu selesai dibaca. Kalau di Memori, yang terekam adalah suasana kelam hati Mahoni dan Simon yang luar biasa sinis, maka di Walking After You merekam suasana galau dan kehilangan yang dirasakan An.
Bicara karakter, karena An itu galau luar biasa terhadap Julian dan Jinendra, maka buat saya An itu cukup tabok-able. Tapi ya... bisa dimaklumi juga sih, Jinendra itu "kunci" hidup An berubah setelah Arlet meninggalkannya, sedangkan Julian seperti harapan baru untuk An buat hidupnya di masa depan.
Kalau untuk Julian itu, yang paling memorable adalah sifatnya yang moody dan wajahnya yang selalu memerah bila dipuji atau didekati cewek. Sementara untuk Jinendra... yah... gitu dah.
Point :
Pasca kepergian Arlet, An banting setir mencoba peruntungan di bidang pastry. Ia pun melamar menjadi asisten koki di toko kue milik sang sepupu, Galuh. Di Afternoon Tea, toko kue Galuh, An harus beradaptasi dengan cepat menghadapi tingkah laku sang koki, Julian.
Meski sering dimarahi oleh Julian tapi An tetap bertahan. Tidak mungkin ia begitu saja menyerah mewujudkan mimpi Arlet. Selain itu juga ada Ayu, Gadis Pembawa Hujan penuh misteri yang sering datang ke Afternoon Tea.
Saat An berpikir hidupnya mulai berjalan teratur dan pelan-pelan hatinya mulai tertarik pada Julian, tepat saat itu semuanya hancur berantakan. Afternoon Tea terancam mengalami kerugian karena kesalahan pesanan yang dibuat An. Dan seorang laki-laki di masa lalu Arlet dan An hadir kembali melanjutkan cerita lama.
***
Membaca Walking After You membuat saya lapar. Lapar pengen nyicip semua makanan yang dideskripsikan di buku ini. Entah itu dari makanannya atau pastry-nya.
Salah satu yang membuat mbak Windry menjadi penulis favorit saya adalah dia mampu menghadirkan suasana yang benar-benar nyata di setiap bukunya bahkan setelah buku itu selesai dibaca. Kalau di Memori, yang terekam adalah suasana kelam hati Mahoni dan Simon yang luar biasa sinis, maka di Walking After You merekam suasana galau dan kehilangan yang dirasakan An.
Bicara karakter, karena An itu galau luar biasa terhadap Julian dan Jinendra, maka buat saya An itu cukup tabok-able. Tapi ya... bisa dimaklumi juga sih, Jinendra itu "kunci" hidup An berubah setelah Arlet meninggalkannya, sedangkan Julian seperti harapan baru untuk An buat hidupnya di masa depan.
Kalau untuk Julian itu, yang paling memorable adalah sifatnya yang moody dan wajahnya yang selalu memerah bila dipuji atau didekati cewek. Sementara untuk Jinendra... yah... gitu dah.
Point :
- Cover : (+)
- Story : (+)
- Character : (+)
- Writing Style : (+)
- Moral / Interesting Trivia : (+) di sana-sini ada bertebaran sedikit info tentang kuliner dan pastry
Aku justru menganggap Julian sebagai tokoh laki-laki yang agak aneh. Menurutku, sebagai seorang cowo, dia kelewat sensi dan terlalu ribet. Itu menurutku sih.
ReplyDeleteTerus, aku juga setuju denganmu, membaca buku ini bikin lapar. Berkali-kali aku usap iler, hahaha. Apalagi setelah googling seperti apa itu souffle coklat, hehe.
Yang aku suka dari buku-buku kak Windry adalah tema yang diangkat. Sangat menarik, kental, dan mendominasi isi cerita secara menyeluruh. Seperti di Last Forever dan Montase, mengangkat tema tentang dunia perfilman yang sangat kental beserta segala kesibukan yang ada di dalamnya.
Sama halnya dengan di buku ini, dunia kuliner terutama tentang kue sangatlah kental dari awal sampai akhir. Keren!