Friday, 2 October 2015

#213 Trilogi Zona #3 - Zona @ Last by Dewie Sekar

Judul : Zona @ Last
Sub Judul : -
Serial : Trilogi Zona
Penulis : Dewie Sekar
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : pertama kali terbit pada September 2006
Tebal : 349
ISBN : 9789792223774
Genre : Contemporary Romance

Format : paperback
Status : punya sendiri
Lokasi Cerita : Yogyakarta, Banda Aceh

Rating : 1/5

Blurb : "Hidup tetap berjalan biarpun perasaanmu pernah dirontokkan perempuan, Zona. Tapi nikmati saja rasa sakit hatimu, kalau memang maumu begitu…."

"Konyol! Ini nasihat paling janggal yang pernah kuterima."

"Masalahnya, aku sudah tahu seperti apa rasanya kehilangan perempuan yang benar-benar kita inginkan. Satu-satunya yang bisa kita lakukan hanya menunggu waktu bekerja."

"Lalu, berapa lama dukun waktu akhirnya berhasil menyembuhkanmu?"

"Siapa bilang aku sudah melupakan cewek itu? Yang pasti, aku mulai bisa memikirkannya tanpa terlalu sakit hati lagi. Manfaatkanlah lukamu, Zona. Eksploitasi saja rasa sakitmu. Lukislah dia dalam versi yang sejuta tahun lebih tua. Bikin matanya delapan, bikin mulutnya sebesar gua, bikin kakinya lima… Jangan lupa traktir aku kalau lukisanmu itu laku!"

Zona yang tampan tapi selengekan merasa hidupnya berakhir saat tsunami melandanya. Cacat fisik, kehilangan gadis impian dan pekerjaan, membuat Zona merasa kehilangan harapan untuk bahagia. Di sisi lain ada Nora, gadis ceria yang jatuh cinta pada Zona. Apakah Nora berhasil mengobati hati Zona? Akankah Nora mampu menunggu sampai Zona menemukan lagi arah hidupnya?

Zona @ Last berkisah tentang cinta, kehilangan, rindu-dendam, persahabatan, juga hubungan antarsaudara yang kocak dan manis, walau terkadang sinis. Zona @ Last merupakan kelanjutan Zona @ Tsunami dan "benang merah" seri Zona, Perang Bintang. Ketiga novel ini masing-masing utuh dan berdiri sendiri, tapi jelas lebih asyik kalau dibaca berurutan.

Review

Pasca kehilangan lengan kanannya akibat tsumami yang melanda Banda Aceh, Zona melarikan diri ke Paris. Di kota Eiffel Zona berkenalan dengan Nora, gadis Indonesia yang kebetulan sedang berada di Paris bersama sepupunya, Wira. Ketika Nora dan Wira pulang ke Indonesia, Zona memutuskan untuk ikut bersama mereka.

Sesampainya di Jakarta, Zona dan Nora sempat jalan bersama. Namun sindrom tidak pedekarena sekarang Zona adalah pemuda cacat kembali menghantui Zona. Ia pun kembali kabur dari Nora sebagaimana dulu dirinya kabur dari Mutia.

Nora yang mulai jatuh hati pada Zona kelimpungan mencari kabar Zona.  Dengan berbagai upaya akhirnya Nora mengetahui keberadaan Mutia dan meminta Mutia  untuk menelusuri keberadaan Zona. Mutia sendiri kini telah menikah dengan dr.Sakti dan menetap di BandaAceh untuk mengurus beberapa pengungsi dan anak korban tsunami.

Zona tak hanya kabur dari Nora dan Mutia, dia juga sedang berusaha menata hatinya menghadapi kenyataan kalau tidak ada yang bisa dilakukannya terhadap tangannya yang hilang kecuali menerima dan melanjutkan hidup. Ia menyepi ke Yogyakarta dan bertemu dengan seorang teman lama, seorang pelukis bertangan satu.

***

Sejujurnya capek membaca buku ini. Saya merasa tak ada bedanya antara buku satu dan dua. Keduanya punya cerita yang nyaris sama satu sama lain, yang membedakan hanya nama tokoh ceweknya saja. Secara singkat ceritanya bisa disimpulkan menjadi : cewek-cowok saling jatuh cinta -- si cowok kabur dari si cewek dan hilang tanpa jejak - si cewek kelimpungan nyari si cowok. Seolah-olah kejadian tsunami yang mengambil lengan tangan kanannya tak mampu unyuk membuat Zona dewasa.

Hal lain yang menyebalkan dari buku ini  adalah Mutia. Dia kan udah nikah dengan Sakti, masa sempat-sempatnya dia heboh mencari keberadaan Zona dengan alasan dia merasa bersalah karena meninggalkan Zona dan menikahi Sakti. Hubungan Mutia dengan Zona dulunya kan hanya sebatas gebetan, lantas kenapa bisa-bisanya dia merasa bersalah dan merasa orang lain memandang dirinya rendah karena meninggalkan Zona dan menikahi Sakti. 

Menurut saya wajar saja kalau sewaktu Mutia sibuk mencari keberadaan Zona dan dekat dengan Sakti karena cowok itu selalu mendampingi Mutia kemana pun mencari Zona. Yah... kayak kata pepatah "cinta tumbuh karena telah terbiasa".

Zona pribadi juga menyebalkan buat saya. Dia merasa kalau kesusahan hidup dan kegalauannya selama ini penyebabnya adalah Mutia karena Mutia lah yang telah meninggalkannya. Yang bener aja deh ._. Dulu Zona yang menghilang dari hidup Mutia padahal Mutia sudah pernah bilang kalau dia menerima apapun kondisi Zona pasca tsunami walaupun Zona cacat. Lima bulan Mutia gak ada kabar dari Zona, wajar dong kalau Mutia akhirnya pindah ke lain hati. Kenapa sekarang malah gak senang.

Hal yang menghibur saya dari buku ini hanyalah :
- percakapan telepati antara Zona dan Ari
- percakapan via telepon antara Nora dan Wira pasca Wira menikah

Point : 
- Cover : (-)
- Story : (-)
- Character : (-)
- Writing Style : (-)
- Moral / Interesting Trivia : (-)

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...