Judul : Marriageable
Sub Judul : -
Serial : -
Penulis : Riri Sardjono
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2013 (pertama kali terbit pada 2006)
Tebal : 368
ISBN : 9789797806514
Genre : Contemporary Romance
Format : paperback
Status : punya sendiri
Lokasi Cerita : Jakarta
Rating : 4/5
Blurb : Namaku Flory. Usia mendekati tiga puluh dua. Status? Tentu saja single! Karena itu Mamz memutuskan mencarikan Datuk Maringgi abad modern untukku.
"Kenapa, sih, gue jadi nggak normal cuma gara-gara gue belom kawin?!"
"Karena elo punya kantong rahim, Darling,” jawab Dina kalem. “Kantong rahim sama kayak susu Ultra. Mereka punya expired date."
"Yeah," sahutku sinis. "Sementara sperma kayak wine. Masih berlaku untuk jangka waktu yang lama."
Mamz pikir aku belum menikah karena nasibku yang buruk. Dan kalau beliau tidak segera bertindak, maka nasibku akan semakin memburuk. Tapi Mamz lupa bertanya apa alasanku hingga belum tergerak untuk melangkah ke arah sana.
Alasanku simple. Karena Mamz dan Papz bukan pasangan Huxtable. Mungkin jauh di dalam hatinya, mereka menyesali keputusannya untuk menikah. Atau paling tidak, menyesali pilihannya. Seperti Dina, sahabatku.
"Kenapa sih elo bisa kawin sama laki?!"
Dina tergelak mendengarnya. "Hormon, Darling! Kadang-kadang kerja hormon kayak telegram. Salah ketik waktu ngirim sinyal ke otak. Mestinya horny, dia ngetik cinta!"
See??
"Oh my God!" desah Kika ngeri. "Pernikahan adalah waktu yang terlalu lama untuk cinta!"
Yup!
That’s my reason, Darling!
Review
Flory berada di ambang kegalauan karena Mamz menjodohkannya karena usia Flory sudah berada di ambang batas orang normal untuk menikah. Usianya kini tiga puluh dua tahun. Cowok yangakan dijodohkan pada Flory bernama Vadin, seorang pengacara berumur tiga puluh empat tahun.
Jelas, Flory menolak untuk dijodohkan apalagi menikah dengan Vadin. Hal itu pun juga didukung oleh teman-teman Flory yang gokil : Dina, Kika, Ara dan Gerry. Oh... gak ketinggalan juga ada Padma, teman sekantor Flory yang jauh lebih waras.
Entah karena takut usianya sudah diambang kategori gadis tua, atau karena desakan orangtua akhirnya Flory menikah dengan Vadin. Tapi sebelumnya secara pribadi Flory punya syarat khusus pada Vadin agar pernikahan mereka terjadi. No have sex in their marriage life. Vadin sih setuju-setuju sama dengan permintaan Flory.
Ketika Flory mulai merasa aman dengan kehidupan pernikahannya yang cuma diatas kertas, mendadak ia galau karena seorang perempuan cantik. Namanya Nadya. Dan ia adalah mantan pacar Vadin yang belakangan ini sering jalan bareng dengan Vadin. Parahnya Nadya ini adalah segala hal yang diinginkan seorang perempuan : cantik, seksi, berkulit putih, dan langsing.
***
Ngebaca buku ini tuh bikin ngakak sekaligus senyum-senyum miris. Setidaknya buat saya sih. Bagian awal itu tepat banget menceritakan perasaan perempuan yang pada umur tiga puluhan dan belum menikah. Pasti deh didesak buat nikah dan dijodohin entah ke siapa aja. *iya, ini tsurhat terselubung*
Buat saya Flory itu memang takut. Takut disakiti, takut dikhianati. Makanya dia nggak percaya pada yang namanya cinta dan pernikahan. Tapi dia juga takut memikirkan masa tuanya yang bakal sendirian kalau nggak nikah. Toh, temen itu kan nggak selamanya bisa bersama. Mereka juga punya kehidupan sendiri.
Menurut saya, komentar pedas Kika tentang cinta dan pernikahan itu juga karena dia takut dan iri. Takut karena dia bakal kehilangan teman yang nggak seratus persen available buat dia lagi. Iri karena dia sadar akhirnya temannya punya seseorang untuk "pulang" meski mati-matian menampik kalau dia nggak butuh cinta dalam hidup dan hanya butuh laki-laki dalam jumlah banyak tapi tidak terikat status apapun.
Yang mengganggu buat saya di buku ini adalah kenapa sih setiap kali berkomunikasi entah itu via telepon atau tatap muka langsung antara Flory dan temana-temannya harus dilakukan dengan heboh yang dideskripsikan dengan kata-kata "jerit", "geram", "pekik" dan "teriak". Saya yakin, setiap kita punya teman yang bawaannya kalau cerita itu selalu heboh, tapi kan nggak setiap saat kerjanya menjerit-jerit. Kayak di hutan aja ._.
Hal lain yang mengganggu buat saya adalah banyaknya adegan merokok yang bertebaran di buku ini. Khususnya rokok buat cewek. Kok ya kesannya banyak pikiran, stress itu cuma bisa ditenangkan lewat rokok. Dan kesan yang saya tangkap jadinya cewek trendy seperti Flory dan kawan-kawan itu harus merokok. Malah bisa pula suami-istri ngerokok bareng.
Favorite Quotes
Ada banyak favorite quotes di buku ini buat saya. Diantaranya :
- Kenapa sih gue jadi nggak normal cuma gara-gara gue belum kawin? Karena cewek punya kantong rahim sama kayak susu Ultra. Mereka punya expired date. Sementara sperma kayak winne. Masih berlaku untuk jangka waktu yang lama. (hal. 3-4)
- Apa para lelaki cuma dikasih dua pilihan sama Tuhan? Menarik dan gay atau membosankan dan normal. (hal. 9)
- Semua lelaki selalu menyenangkan selama mereka belum menjadi suami. (hal. 32)
- Part of me ngerasa... kurang beruntung karena belum menemukan jodoh. Tapi another part of me ngerasa beruntung karena hidup gue masih bebas. (hal. 47)
- Lelaki memang memiliki kemampuan untuk berkomitmen. With woman and other woman. (hal. 70)
- Orang Barat bilang untuk menikah kita perlu kematangan isi hati dan kepala. They called it maturity. Semntara orang Timur bilang, untuk menikah kita cuma perlu kematangan kantong rahim dan sperma. They called it old enough. (hal. 306)
- Marriage maybe made in heaven, but a lot of the details have to be worked out here on earth ~ Gloria Pitzer. (hal. 288)
Point
- Cover : (+)
- Story : (+)
- Character : (+) favorit saya cuma Vadin, Gerry dan Padma
- Writing Style : (-)
- Moral / Interesting Trivia : (-)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.