Monday, 5 October 2015

#219 Layar Terkembang by Sutan Takdir Alisjahbana

Judul : Layar Terkembang
Sub Judul : -
Serial : -
Penulis : Sutan Takdir Alisjahbana
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : Maret 2011 (pertama kali terbit pada 1936)
Tebal :
ISBN : 9789794070659
Genre : Contemporary Romance + Klasik Indonesia

Format : paperback
Status : punya sendiri
Lokasi Cerita : Batavia tempo dulu

Rating : 4/5

Blurb : Selagi Maria dan Yusuf menjalin percintaan yang manis, Tuti bergelut dengan dirinya sendiri; apakah akan menikah dengan orang yang tidak dicintainya hanya karena alasan usianya yang semakin bertambah, atau tetap memegang prinsip: lebih baik tidak menikah daripada mendapatkan suami yang tidak sepandangan dan tidak sepaham.

Hubungan Maria dan Yusuf makin mendalam, ketika tiba-tiba Maria diketahui mengidap penyakit serius. Bagaimanakah perasaan Yusuf mengetahui keadaan tunangannya? Bagaimana Tuti menghadapi peristiwa-peristiwa tak terduga dalam hidupnya? Dan bagaimana akhirnya hubungan ketiganya?

Review

Dua orang kakak beradik anak demang R. Wiriaatmaja, Maria dan Tuti memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Tuti sebagai yang tertua cenderung lebih tegas, berbicara seperlunya, dan menjaga kelangsungan serta kebersihanrumah semenjak ibu Maria dan Tuti meninggal dunia.

Berkebalikan dari Tuti, Maria memiliki sifat periang. Maria juga yang membuat rumah R. Wiriaatmaja menjadi lebih berwarna dengan musik dan bebungaan yang menghias rumah dan halaman.

Suatu ketika Maria menjalin kasih dengan Yusuf, seorang anak demang Martapura sekaligus siswa Sekolah Tabib Tinggi. Keramahn dan sifat periang Maria membuat Yusuf jatuh hati sejak pertama kali mereka bertemu.

Namun pada saat yang bersamaan, Yusuf juga sangat menarih hormat pada Tuti yang dipandangnya sebagai perempuan yang berpikiran maju. Tuti begitu menggebu-gebu bila sudah berbicara tentang organisasi keputrian yang diikutinya. Yusuf sendiri juga sangat aktif di organisasi sejenis.

Bagi Tuti memperjuangkan hak perempuan lewat organisasi keputrian yang digelitinya merupakan kebahagiaan tersendiri. Menurutnya seoramg perempuan tidak boleh tunduk pada laki-laki karena pada saat seperti itulah dengan leluasa laki-laki menindas perempuan. Apalagi ketika wanita sudah menikah, maka hilanglah haknya menjadi perempuan.

Ketiak hubungan Maria dan Yusuf semakin serius, Maria dilanda gundah gulanda. Ia mendadak merasakan sentakan iri ketika melihat Maria dan Yusuf bercengkrama, saling bercanda satu sama lainnya.

***

Buku adalah salah satu benda yang membuat saya menyadari kalau waktu sudah berlalu begitu cepat.

Pertama kali saya membaca buku ini saat saya duduk di bangku SMP. Saya termasuk murid yang beruntung mempunyai perpustakaan sekolah yang cukup lengkap dengan buku-buku cerita, salah satu yang menjadi favorit saya waktu itu adalah buku ini. Saat masih duduk di bangku SMP perasaan saya membaca buku ini adalah biasa saja. Tidak ada pengertian tentang keadaan Tuti, Maria dan Yusuf, maupun tentang hubungan ketiganya.

Saat ini, ketika sudah berumur lebih dewasa, ada perasaan berbeda saat membaca buku ini. Yah... buat saya, perasaan cinta yang heboh cukuplah dikategorikan sebagai cinta monyet. Cinta yang masih menggebu-gebu, belum terlalu matang. Tapi yang paling membuat saya saat pengertian adalah Tuti.

Saya mengerti banget kalau Tuti itu ingin membuat dirinya lebih berguna, ingin meyakinkan dirinya sendiri kalau apa yang dilakukannya selama ini (kegiatan perkumpulan, dsb) adalah cara Tuti menunjukkan eksistensinya di dunia ini. Tidak berbeda jauh sih dengan saat ini, banyak perempuan yang bekerja untuk menunjukkan eksistensinya pada dunia.

Saya juga mengerti banget pada kegalauan Bapak Tuti yang memikirkan nasib anaknya, yang lebih memilih untuk aktif di perkumpulan daripada menikah. Takut juga si bapak kalau anaknya jadi perawan tua. Ternyata orangtua dari jaman dulu sama aja ya, suka galau kalau anaknya belum nikah.

Membaca buku bergenre klasik seperti ini memang terasa sangat berbeda dengan buku yang terbit saat ini. Buku ini terasa sangat lebay, bertele-tele dan membosankan. Tapi ya disitu seni membaca buku klasik. Berusaha menerapkan cerita yang terjadi di masa lalu dengan kondisi saat ini.

Tips kalau kamu ingin membaca buku seperti ini : membacanya jangan cepat-cepat, kalau bosen coba "endapkan" dulu dan ganti buku bacaanmu.

Point :
- Cover : (-)
- Story : (+)
- Character : (+)
- Writing Style :(+)
- Moral / Interesting Trivia : (-)

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...