Judul : Paris : Aline
Sub Judul : -
Serial : Setiap Tempat Punya Cerita
Penulis : Prisca Primasari
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : (cetakan pertama) Januari 2013
Tebal : 224
ISBN : 978-979-780-577-7
Genre : Contemporary Romance
Format : paperback
Status : punya sendiri
Lokasi Cerita : Paris, Perancis
Periode Baca : 12/01/2015 - 20/01/2015
Rating : 2/5
Blurb : Pembaca tersayang,
Dari Paris, sepotong kisah cinta bergulir, merupakan racikan istimewa dari tangan terampil Prisca Primasari yang sudah dikenal reputasinya dengan karya-karya sebelumnya Éclair, Beautiful Mistake, dan Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa.
Ini tentang sebuah pertemuan takdir Aline dan seorang laki-laki bernama Sena. Terlepas dari hal-hal menarik yang dia temukan di diri orang itu, Sena menyimpan misteri, seperti mengapa Aline diajaknya bertemu di Bastille yang jelas-jelas adalah bekas penjara, pukul 12 malam pula? Dan mengapa pula laki-laki itu sangat hobi mendatangi tempat-tempat seperti pemakaman Père Lachaise yang konon berhantu?
Setiap tempat punya cerita.
Dan inilah sepotong kisah cinta yang kami kirimkan dari Paris dengan prangko yang berbau harum.
Enjoy the journey,
EDITOR
Review (REVIEW INI SANGAT MUNGKIN MENGANDUNG SPOILER)
Aline mahasiswa Indonesia yang bekerja paruh waktu di Bistro Lombok, bistro yang menyajikan masakan Indonesia di kota Paris. Sekian lama Aline bekerja disana, ia memendam perasaan pada seorang cowok bernama Putra (aka. Ubur-ubur). Sayang ternyata Putra lebih memilih gadis lokal dengan penampilan seksi ketimbang Aline yang biasa saja.
Patah hati atas hubungan Putra dan Lucien, Aline pun mengajukan cuti seminggu pada atasannya. Dan ketika cuti sudah ditangan Aline malah bingung mau ngapain. Langkah membawa Aline ke Jardin du Luxembourg. Disana ia mendapat pecahan porselen dari seorang penyapu jalan.
Dirumah Aline segera menyatukan potongan-potongan porselen tersebut. Di salah satu sisinya terdapat tulisan "Aeolus Sena". Kekepoan Aline kumat, ia mencari tahu tentang nama tersebut di internet yang membawanya pada sebuah akun twitter yang terakhir kali aktif pada 2009. Si pemilik akun mengaku bernama Sena dan meminta Aline agar memberikan porselen yang telah rusak itu padanya. Aline setuju. Dan mereka pun berjanji bertemu di Place de La Bastille yang legendaris.
Setelah dua kali membatalkan janjinya, akhirnya Sena muncul di malam ketika. Penampilannya heboh dan ramai, penuh dengan syal yang melilit lehernya. Sebagai ganti dari pertemuan mereka, Aline meminta balas jasa. Ada tiga permintaan Aline.
Pertemuan dengan Sena menjadikan hidup Aline lebih berwarna setelah ia patah hati dari Putra. Aline mulai terlibat dalam hidup Sena yang penuh tanda tanya. Hidup setelah bertemu dengan Sena benar-benar diluar dugaan. Aline bahkan ikut disekap dirumah keluarga turunan Perancis bersama Sena.
My Thought
Saya tidak begitu menikmati buku ini meski dengan setting kota Paris yang glamor. Ini dia alasan mengapa saya tak begitu menikmati buku ini :
Final Thought
Diluar kekecewaan itu saya suka pada gaya menulis Prisca. Dan saya akan mencoba membaca karyanya yang lain lagi. 2 bintang untuk buku ini saya berikan untuk kota Paris yang indah.. Mungkin saya akan lebih berjodoh dengan karya Prisca yang lain *lirik timbunan*
@ Medan
20012015
Aline mahasiswa Indonesia yang bekerja paruh waktu di Bistro Lombok, bistro yang menyajikan masakan Indonesia di kota Paris. Sekian lama Aline bekerja disana, ia memendam perasaan pada seorang cowok bernama Putra (aka. Ubur-ubur). Sayang ternyata Putra lebih memilih gadis lokal dengan penampilan seksi ketimbang Aline yang biasa saja.
Patah hati atas hubungan Putra dan Lucien, Aline pun mengajukan cuti seminggu pada atasannya. Dan ketika cuti sudah ditangan Aline malah bingung mau ngapain. Langkah membawa Aline ke Jardin du Luxembourg. Disana ia mendapat pecahan porselen dari seorang penyapu jalan.
Dirumah Aline segera menyatukan potongan-potongan porselen tersebut. Di salah satu sisinya terdapat tulisan "Aeolus Sena". Kekepoan Aline kumat, ia mencari tahu tentang nama tersebut di internet yang membawanya pada sebuah akun twitter yang terakhir kali aktif pada 2009. Si pemilik akun mengaku bernama Sena dan meminta Aline agar memberikan porselen yang telah rusak itu padanya. Aline setuju. Dan mereka pun berjanji bertemu di Place de La Bastille yang legendaris.
Setelah dua kali membatalkan janjinya, akhirnya Sena muncul di malam ketika. Penampilannya heboh dan ramai, penuh dengan syal yang melilit lehernya. Sebagai ganti dari pertemuan mereka, Aline meminta balas jasa. Ada tiga permintaan Aline.
Pertemuan dengan Sena menjadikan hidup Aline lebih berwarna setelah ia patah hati dari Putra. Aline mulai terlibat dalam hidup Sena yang penuh tanda tanya. Hidup setelah bertemu dengan Sena benar-benar diluar dugaan. Aline bahkan ikut disekap dirumah keluarga turunan Perancis bersama Sena.
My Thought
Saya tidak begitu menikmati buku ini meski dengan setting kota Paris yang glamor. Ini dia alasan mengapa saya tak begitu menikmati buku ini :
- Penyekapan Sena terasa tidak masuk diakal. Masa hanya karena Sena membangkitkan kenangan tentang Nino trus Sena disekap di rumah keluarga Nino.
- Ketika Sena tak lagi terdengar kabarnya, mengapa keluarga kakaknya (Mr. & Mrs. Oliver) hanya berdiam diri. Tidak berusaha melapor ke kepolisian atau kedutaan. Toh.. Sena adalah warga asing di Perancis, sudah selayaknya bila tak terdengar kabar darinya keluarga melapor ke kedutaan atau kepolisian.
- Demi membebaskan Sena, Mr. Oliver dengan santainya memberikan koleksi buku berharganya senilai empat ribu dollar begitu saja kepada Sena. Empat ribu dollar kan bukan uang yang sedikit.
- Para pekerja di Bistro Lombok yang sepanjang pengetahuan Monsieur Borodin bekerja seenaknya. Mengurangi takaran bumbu atau menyajikan secara asal-asalan dan Monsieur Borodin tetap mempertahankan mereka dengan alasan mereka memiliki motivasi. Motivasi apaan kalau bekerja saja sudah asal-asalan? Lagi pula, bistro itu terletak di kota Paris, tentunya pasti punya Quality Control terhadap produk yang dihasilkan. Inget, ini bistro loh bukan masakan rumah atau warung kaki lima ala Indonesia.
Final Thought
Diluar kekecewaan itu saya suka pada gaya menulis Prisca. Dan saya akan mencoba membaca karyanya yang lain lagi. 2 bintang untuk buku ini saya berikan untuk kota Paris yang indah.. Mungkin saya akan lebih berjodoh dengan karya Prisca yang lain *lirik timbunan*
@ Medan
20012015
Sudah lama saya menginginkan buku ini. Terlebih karena judul dan tema yang diangkat. Tapi setelah membaca review kakak saya menemukan fakta lain soal cerita novel ini. Penyekapan. Waow, baru nemu orang yg cerita soal itu. Saya tambah pengen baca jadinya.
ReplyDelete