Judul : Melbourne : Rewind
Sub Judul : -
Serial : Setiap Tempat Punya Cerita
Penulis : Winna Efendi
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : Juni 2013 (pertama kali terbit pada Juni 2013)
Tebal : 340
ISBN : 978-979-780-645-3
Genre : Contemporary Romance
Format : paperback
Status : punya sendiri
Lokasi Cerita : Melbourne, Australia
Lokasi Cerita : Melbourne, Australia
Periode Baca : 31/12/2014 - 01/01/2015
Rating : 4/5
Rating : 4/5
Blurb : Pembaca tersayang,
Kehangatan Melbourne membawa siapa pun untuk bahagia. Winna Efendi menceritakan potongan cerita cinta dari Benua Australia, semanis karya-karya sebelumnya: Ai, Refrain, Unforgettable, Remember When, dan Truth or Dare.
Seperti kali ini, Winna menulis tentang masa lalu, jatuh cinta, dan kehilangan.
Max dan Laura dulu pernah saling jatuh cinta, bertemu lagi dalam satu celah waktu. Cerita Max dan Laura pun bergulir di sebuah bar terpencil di daerah West Melbourne. Keduanya bertanya-tanya tentang perasaan satu sama lain. Bermain-main dengan keputusan, kenangan, dan kesempatan. Mempertaruhkan hati di atas harapan yang sebenarnya kurang pasti.
Setiap tempat punya cerita.
Dan bersama surat ini, kami kirimkan cerita dari Melbourne bersama pilihan lagu-lagu kenangan Max dan Laura.
Enjoy the journey,
EDITOR
Review
Max dan Laura pernah menjalin cerita cinta. Tapi itu dulu. Ketika mereka masih berstatus mahasiswa di Melbourne University. Saat itu Max mengklaim walkman tua yang dilihatnya di tempat penyimpanan barang-barang hilang di kampus sebagai miliknya. Si pemilik sah, Laura berang ketika ada orang lain yang mengklaim walkman kesayangannya. Ia pun mendatangi si "pencuri" dan dari sanalah cerita dan cinta mereka bergulir.
Cita-cita, ego, dan kekeraskepalaan memisahkan mereka. Max pergi ke Amerika dan Laura tetap tinggal di Melbourne menyembuhkan patah hatinya. Kini takdir mempertemukan mereka kembali di Melbourne dalam cerita yang berbeda. Laura telah menjadi freelancer dan penyiar radio yang punya aktifitas cukup padat. Sementara Max menjadi penata cahaya yang karyanya selalu dipakai di acara-acara besar. Hanya satu persamaan diantara mereka. Masing-masing masih betah dengan kesendirian. Tapi toh.. sekian lama waktu berlalu, cinta yang dulu pernah hadir tak akan kembali lagi. Mereka kini adalah dua orang dewasa dengan pemikiran yang jauh lebih matang dibandingkan sebelumnya. Tak akan ada yang terjadi bila mereka kembali bersama.
Maka hidup pun bergulir sebagaimana dulu pernah terjadi. cerita yang sama tertulang kembali. Hanya saja kali ini minus rasa cinta. Prudence, bar terpencil di West Melbourne kembali menjadi saksi mereka berbagi cerita masa kini. Berbagi jawaban yang dulu tak pernah mendapat jawaban namun kini terjawab dengan santai.
Tapi Max tak dapat memungkiri perasaannya. Kebersamaan saat ini dengan Laura kembali menumbuhkan perasaan cinta yang ternyata memang tak pernah hilang. Ia hanya bersembunyi dan kembali di saat tak disadari Max. Kehadiran Evan, laki-laki baru di hidup Laura membuat Laura bertanya-tanya. Salahkah mencintai dia yang baru datang di kehidupan sekarang ataukah tetap mencintai dia yang dulu pernah pergi dan melukai hati Laura?
My Thought
Saya tidak menyangka kisah CLBK bisa diramu menjadi semanis ini. Yah.. nggak ada salahnya memang kembali pada cinta lama yang penting kan dulu putusnya bukan karena selingkuh atau menggunakan kekerasan fisik dan mental. Kalau permasalahannya karena ego, ya... masih bolehlah dibicarakan lagi *ini curhat Put? *enggak, bukan curhat kok
Tokoh-tokoh di buku ini terasa begitu familiar. Baik Max, Laura, Evan, Cee, bahkan Rex dan Hans. Mereka-mereka adalah orang-orang yang bisa saja kita jumpai dikehidupan sehari-hari. Bekerja keras demi hidup. Bergadang berjam-jam demi kesuksesan sebuah proyek. Tidak ada kesan glamour dalam buku ini. Bahkan kebiasaan Cee yang hobi berbelanja pun cenderung biasa saja.
Kisah cinta Max dan Laura pun bukan cerita romantis ala buku-buku roman. Kencan mereka tidak ada yang berlangsung di tempat-tempat eksklusif. Lokasi kencan mereka bahkan bisa dibilang rada aneh bagi sebagian orang. Nongkrong berjam-jam di Prudence sambil mengerjakan pekerjaan masing-masing. Nonton di Rooftop. Saling bertaruh siapa yang duluan datang ke St. Kilda dan yang kalah harus mentraktir.
Kalimat-kalimat romantis yang bisa bikin klepek-klepek pun tak ada diantara Max dan Laura. Kalau untuk Cee sih itu lain cerita. Saya suka pada penggambaran hubungan Max dan Laura dimana mereka bisa betah berjam-jam duduk di Prudence, tidak saling berbicara karena masing-masing sibuk dengan pekerjaan. Tapi kebisuan diantara mereka itu bukannya menciptakan aura saling berjauhan melainkan menciptakan aura kenyamanan. Uuumm.. apa ya bilangnya, kebersamaan diantara mereka itu bukan cuma karena cinta tapi juga karena saling pengertian diantara keduanya *tsaahh *tumben si Putri memelow gini
Hal lain yang saya suka dari buku ini adalah bab buku ini dibuat layaknya track sebuah CD. Ada 16 lagu yang terbagi dalam 4 track yang diberi nama "Rewind", "Pause", "Play" dan "Fast Foward" yang tak hanya menjadi sebuah judul melainkan juga merangkum cerita didalam bab tersebut.
Favorite Quotes
- “Nyaman adalah berbagi waktu tanpa perlu merasa canggung. Nyaman adalah menikmati keberadaan masing-masing, walau yang dapat kami berikan kepada satu sama lain hanyalah kehadiran itu sendiri. Nyaman berarti tidak perlu meminta maaf saat lengan kami bersenggolan secara tak sengaja, merokok dalam mobil dan bebas mengutak-atik stereo tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Nyaman adalah meneleponnya tanpa alasan, hanya karena ingin mengobrol, atau karena ada film baru yang ingin kutonton tapi tidak punya teman untuk diajak. Rasa ini tidak perlu dilabeli, diartikan, atau dianalisa.”
- "you know what? sometimes I wish I know how it feels to be on the end of other part. Must be nice, punya keyakinan seperti itu, punya keberanian dan keteguhan untuk mencintai tanpa takaran. Lo gak perlu bertanya-tanya, apa yang lo berikan udah cukup atau berlebihan, sejauh mana lo harus menyayangi seseorang, dan apa balasan yang lo terima sudah setimpal. Karena untuk orang-orang yang mencintai dengan bebas, semua itu nggak penting."
Max & Laura's Playlist
Jadi nyesel kenapa gak dari dulu baca buku ini? Kenapa harus sekarang?
@ Medan
02012015
“Jadi nyesel kenapa gak dari dulu baca buku ini? Kenapa harus sekarang?”
ReplyDeleteDan saya yang nyesel kenapa saya belum baca buku ini padahal saya salah satu penggemar karya-karya beliau. Ughh…dari review-nya makin buat saya geregetan pengen ke toko buku trus cari buku ini. Yahh…mungkin sekalian juga melengkapi buku berseri Setiap Tempat Punya Cerita. Dan saya suka banget sama quotes yang nomer 1. Kayaknya kisah cinta antara Max dan Laura ini dirajut penulis dengan begitu manis, sederhana dan menyentuh.
Jadi cerita ini bisa dibilang tentang CLBK gitu ya! Saya selalu penasaran dengan kisah yang dituangkan kak Winna Efendi dalam setiap novelnya. Dari blog yang mereview novel kak Winna, ceritanya selalu menarik dan disajikan dengan nuansa yang berbeda. Saya hanya berharap dapat berkesempatan membaca salah satu karyanya.
ReplyDelete