Judul : Dimi is Married
Penulis : Retni SB
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Oktober 2010
Tebal : 384 halaman (paperback)
Genre : Contemporary Romance
ISBN : 978-979-226-277-3
SINOPSIS
Walaupun belum lama mengenal Garda, Dimi yakin perkawinannya dengan lelaki itu akan berjalan baik. Dan Garda memang tampil layaknya suami idaman. Baik hati, penuh perhatian, keren, romantis, dan selalu memenuhi segala kebutuhannya, lahir-batin. Padahal mereka berdua menikah karena perjodohan cara kilat. Dimi merasa beruntung menjadi Cinderella abad ini.
Tapi kemunculan Donna yang tiba-tiba sungguh telah menjungkir- balikkan harapan dan mimpi-mimpi Dimi. Ternyata model jelita itu pacar Garda.
Dimi baru sadar, Garda tak pernah memperkenalkan dirinya ke lingkungan lelaki itu. Garda juga tak pernah menuntut macam-macam dari dirinya sebagai istri. Bahkan Garda tak pernah melarang aktivitas apa pun yang dilakukan Dimi. Dimi jadi berpikir: cintakah lelaki itu kepadanya?
Kalau Garda tak pernah bisa mencintai dirinya, lalu untuk apa cowok itu menerima perjodohan yang ditawarkan orangtua masing-masing? Toh dia tampan, kaya, sukses... sehingga dengan mudah mendapatkan perempuan mana pun yang diinginkannya...
Rencana apa yang sebetulnya sedang dilakukan Garda?
Tapi kemunculan Donna yang tiba-tiba sungguh telah menjungkir- balikkan harapan dan mimpi-mimpi Dimi. Ternyata model jelita itu pacar Garda.
Dimi baru sadar, Garda tak pernah memperkenalkan dirinya ke lingkungan lelaki itu. Garda juga tak pernah menuntut macam-macam dari dirinya sebagai istri. Bahkan Garda tak pernah melarang aktivitas apa pun yang dilakukan Dimi. Dimi jadi berpikir: cintakah lelaki itu kepadanya?
Kalau Garda tak pernah bisa mencintai dirinya, lalu untuk apa cowok itu menerima perjodohan yang ditawarkan orangtua masing-masing? Toh dia tampan, kaya, sukses... sehingga dengan mudah mendapatkan perempuan mana pun yang diinginkannya...
Rencana apa yang sebetulnya sedang dilakukan Garda?
REVIEW
Kayaknya saya nggak perlu lagi menceritakan kembali isi buku ini karena sinopsisnya sendiri sudah bercerita. Sepintas lalu memang sih ceritanya terkesan basi. Yah... cerita perjodohan tapi salah satu pihak memang tidak niat untuk menikah sementara di pihak lain ada yang begitu berbunga-bunga atas perjodohan ini. Tapi memang sudah tidak ada lagi kan yang original dimuka bumi ini? Ya setidaknya dari segi cerita.
Nah... bedanya mbak Retni mampu mengemas cerita lawas jadi sesuatu yang fresh dan sesuai dengan kehidupan saat ini. Dimi tuh tipikal cewek mandiri yang kalau dapat pasangan nggak tangguh bakal ngerasa dilecehkan tuh pasangan. Dimi nggak butuh Garda untuk memberinya tumpangan ke kantor, toh transjakarta metromini setiap saat pasti muncul di halte sesuai arah tujuan. Dimi nggak butuh Garda untuk tinggal di apartemen mewah milik Garda, toh masih banyak kamar kos yang bisa disewa.
Garda juga tipikal cowok getok-able. Dia baru menyadari perasaannya waktu adiknya sendiri mulai menunjukkan sinyal-sinyal punya perasaan ke istrinya. Trus tega-teganya dia lebih memilih Donna waktu Donna ketemu dengan Dimi di apartemen Garda.
Kompalin saya sih cuma satu. Eh, dua ding. Yang pertama, endingnya maksa banget ._. Saya suka ide mbak Retni memasukkan isu tentang lingkungan khususnya tentang penebangan pohon yang setiap saat dilakukan oleh pabrik kertas. Tapi ya endingnya seharusnya *kebanyakan "ya"* bisa lebih masuk diakal dan natural. Misalnya ya entah Dimi jatuh ke jurang kek, atau apalah gitu. Trus... mana tuh lingerie hitam menerawangnya? Kok nggak dipake? Padahal saya termasuk golongan pembaca yang mengharapkan adegan itu #pembacakecewa #ditendang
Yang kedua nih, covernya. Gak masalah sih covernya sederhana gitu. Yang jadi masalah sih yang gambar ceweknya. Asumsinya kan itu cewek Dimi, Dimi diceritakan berambut keriting tapi dicovernya keriting rambut Dimi tuh saya rasa kurang banyak. Masa cuma dibagian bawah doang? ._.
Yah... review saya kali ini emang gak banget yah. Sebenarnya sih saya lupa-lupa ingat tentang ceritanya. Makanya saya nggak berani menuliskan kembali ceritanya. Mau baca ulang udah gak bisa lagi. Maklum, bukunya ketinggalan di Halmahera sana sedangkan saya ngerasa nggak sah aja kalau nggak ngebuat reviewnya. Dan beginilah jadinya *nangis di balkon apartemennya Garda*
Yang pasti, saya tuh nggak kapok ngebacain buku-bukunya mbak Retni. Bukunya menghibur meski dengan ide cerita lawas dan penyelipan isu sosial dan lingkungan yang sedang bekembang di masyarakat. Dua jempol deh.
@ Medan
12112013
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.