His whole life Carter’s fought to hold it together: To help Mom run their store. To be there for his special needs sister, Sara, and be the perfect boyfriend Mel wants. To dominate on the basketball court—the only place he ever feels free. And to carry Mom up the stairs when she’s too smashed to make it on her own.
It isn't like she has a problem. Mom loves them. If she doesn't drink every day, she's not really an alcoholic, right?
Wrong.
Then Kira Dawson, a girl with a bipolar wardrobe and rotating hairstyles comes to town. Somehow, she sees the truths he hides from the world. “You have skeletons, too, Carter Shaw. Don’t think I don’t know it.” For the first time, he wants someone to see his inner scars—to really know him.
When his mom finally goes too far, will Carter be able to man-up, even if it means turning his back on her and stepping out from behind the façade he’s fought so hard to keep in place?
Carter Shaw remaja 17 tahun yang masih sekolah. Seharusnya di umurnya yang baru 17 tahun itu yang ada dalam pikiran Carter hanyalah sekolah, pacar dan basket. Tapi Carter punya hal lain yang lebih penting dari itu semua. Ibu alkoholik, adik penderita Down's Syndrome sehingga tak bisa dibiarkan sendirian, dan kakek dari pihak ibunya yang selalu saha menghina sang ibu sehingga ibunya depresi dan lari ke alkohol. Oh... tambahkan juga kalau Carter harus bekerja membantu ibunya di toko mereka, meski itu tak menjadi masalah buatnya. Semua itu selalu membuat Carter insomnia dan akibatnya mengantuk di setiap jam pelajaran di sekolah.
Di sekolah masalah tetap ada. Pacarnya yang seorang cherleader punya hobi tebar pesona dan menggoda cowok disana-sini. Jadwal latihan basket yang padat, tugas esai bahasa Inggris yang gila-gilaan tentang Shakespeare, dan keharusan double-date karena sahabat karib Carter punya pacar sahabat pacar Carter. Carter menyimpan semua yang dirasakannya. Tidak pernah membagi ceritanya pada siapapun. Termasuk pada Bill, ayah kandung Sara, adiknya.
Tapi pertahanan Carter runtuh ketika bertemu dengan Kira. Gadis manis, spontan, dan punya gaya berpakaian yang berbeda setiap harinya. Kira itu teman di kelas Bahasa Inggris Carter sekaligus pegawai part-time di toko ibu Carter.
****
Entah kenapa saya agak kurang bersimpati pada Carter. Toh, tidak ada salahnya berbagi cerita tentang masalah yang dihadapinya pada orang lain yang bisa dipercaya. Lagi pula yang alikoholik itu ibunya, bukan dia. Dan ada banyak orangtua alkoholik di dunia ini. Mana tahu dengan berbagi cerita Carter bisa mendapatkan solusi untuk ketergantungan ibunya. Carter membuat berat masalah yang sebenarnya tak begitu berat.
Tapi saya suka pada Kira. Terutama pada spontanitas dan ketulusannya pada Sara. Apalagi ketika ia membuat gambar Carter yang sedang bermain basket bersama Barney, tokoh kartun sekaligus boneka kesayangan Sara. Bahkan dia bersedia repot untuk mencari tahu nama Sara agar tak keliru menuliskannya. Dan... saya suka pada covernya. Siluet cewek dan cowoknya cukup sederhana tapi manis.
Sebenarnya buku ini bagus. Namun karena Carter membuat masalah yang dihadapinya terasa begitu berat, pembaca (yang umurnya lebih tua #ehem) merasa biasa saja dan bisa saja berujar "masalah kamu itu bukan apa-apa. Ada yang lebih berat lagi kok."
Yah... intinya berbagi cerita supaya perasaan plong dan solusi atas masalah yang dihadapi bisa ditemukan.
From the fantastic author of The Lonely Hearts Club and Prom & Prejudice comes a story of all the drama and comedy of four friends who grow into themselves at a performing arts high school.
Emme, Sophie, Ethan, and Carter are seniors at a performing arts school, getting ready for their Senior Showcase recital, where the pressure is on to appeal to colleges, dance academies, and professionals in show business. For Sophie, a singer, it's been great to be friends with Emme, who composes songs for her, and to date Carter, soap opera heartthrob who gets plenty of press coverage. Emme and Ethan have been in a band together through all four years of school, but wonder if they could be more than just friends and bandmates. Carter has been acting since he was a baby, and isn't sure how to admit that he'd rather paint than perform. The Senior Showcase is going to make or break each of the four, in a funny, touching, spectacular finale that only Elizabeth Eulberg could perform.
4 orang remaja sedang berjuang demi masa depan masing-masing di New York City High School of the Creative and Performing Arts atau yang biasa dikenal dengan CPA.
Sophie Jenkins : si penyanyi ambisius. Selama ini ia berhasil menjuarai berbagai kompetisi menyanyi bersama Emme, sahabat sekaligus pencipta lagu yang khusus dinyanyikan oleh Sophie. Tapi sebenarnya Sophie adalah tipe manusia egois. Ia hanya mendekati Emme ketika ia butuh lagu untuk dinyanyikannya dalam sebuah kompetisi. Dan demi memuluskan jalan menjadi penyanyi terkenal, Sophie berpacaran dengan Carter, mantan artis cilik yang masih jadi incaran para paparazi.
Carter Harrison : si mantan artis cilik terkenal. Saking terkenalnya Carter, pada usia 8 tahun ia sudah diundang ke acara bergengsi seperti Oscar. Kini Carter hanya membintangi sebuah opera sabun. Di CPA ia mendalami kelas akting. Suatu kewajaran karena ia seorang aktor.
Perbincangan singkat Carter dengan Emme menyadarkannya jika selama ini ia tak menikmati dunia akting. Meski ia tak menampik nominal uang yang semakin bertambah di rekeningnya berasal dari kegiatannya berakting. Ia punya ketertarikan besar pada seni lukis. Dan menjelang tahun terakhirnya di CPA Carter mempertimbangkan untuk pindah ke kelas seni lukis atau berhenti total dari CPA.
"I feel myself exhale. Mr. Samuels continues to give me advice and I automatically write down notes, but one thought goes through my mind: I am, once and for all, on the right track."
Ethan Quinn : si pemusik labil. Dibalik kelabilannya itu ia punya kemampuan memainkan berbagai macam instrumen alat musik. Bersama Emme, Jack Coombs, dan Benjamin McWilliams mereka membentuk band bernama Teenage Kicks yang cukup tersohor dikalangan murid-murid CPA. Dalam band tersebut Ethan didaulat menjadi lead vocal meski sebenarnya ia tak pernah setuju dengan keputusan itu. Karena tampil di muka umum selalu membuatnya gugup dan tak mampu berinteraksi dengan penonton.
Sayangnya bila menghadapi masalah Ethan selalu menjadikan alkohol sebagai pelariannya. Termasuk ketika satu-satunya cewek yang ditaksirnya malah jadian dengan orang lain. Itu sih salahnya Ethan. Dia tak pernah berani mengungkapkan perasaannya pada cewek tersebut.
"She turn around and accidentally drops one of her guitars. I pick it up. 'Here, give me that as well." I take her backpack. "Are you trying to hurt yourself?' She smiles at me ... and my heart melts. Everytime."
Emme Connelly : si penulis lagu. Emme cewek berambut merah yang naif dan polos. Meski sadar dirinya dimanfaatkan oleh sahabatnya Sophie, Emme tak bisa memungkiri jika tanpa Sophie ia takkan pernah masuk CPA dan bertemu dengan Jack, Ben, dan Ethan dan membentuk Teenage Kicks. Teenage Kicks adalah adalah satu hal paling hebat dalam hidupnya. Walaupun ketiga anggota band itu memperlakukannya tak lebih dari seorang adik yang harus dijaga dari apapun.
"All three of them look at me. 'What's Wednesday?' Jack's got one eyebrow raised.
'I have plans.'
Jack scoffs. 'Plans? With who?'
'Am I not allowed to have plans that don't involve you guys?'
'No,' they say in unison."
Semuanya berusaha. Saling bersaing agar dapat tampil dalam acara penyambutan murid baru dalam tahun akhir mereka sebagai senior. Acara penyambutan itu biasanya berpengaruh pada siapa saja yang berhak tampil pada acara akhir jelang kelulusan mereka. Senior Prom.
Persaingan itu tak hanya tentang menampilkan seluruh bakat dan kemampuan serta ilmu yang telah mereka dapatkan sepanjang masa sekolah, tapi juga tentang menemukan siapa teman sejati sebenarnya dan juga menemukan keberanian. Keberanian menngeksplorasikan diri lebih dalam lagi dan agar berani keluar dari comfort zone selama ini.
***
Jadi buku ini cuma bicara tentang tahun terakhir keempat orang murid CPA dengan segala persaingan mereka? Ya jelas tidak. Ada cerita cintanya juga. Siapa lagi kalau bukan tentang Ethan dan cewek yang ditaksirnya sejak hari pertama mereka sekolah. Padahal Ethan sudah cukup dekat dengan cewek itu. Tapi tetap saja... dia tak punya keberanian buat mengungkapkan perasaannya >.< Meski pada akhirnya dia mengungkapkan perasaannya lewat lagu yang ia nyanyikan bersama anggota bandnya.
"You're the only thing that matters in my life."
"All that I've done is for you."
"The biggest piece, the biggest part."
"The one person who controls my heart"
"If I could kiss away your pain, I would"
"If I could hold you every night, I would"
"If I could erase every mistake, every other face"
"I wouldn't change a thing"
"Because all those things led me to this place and to you"
Dengan PoV dari keempat tokoh membuat alur ceritanya menjadi lebih cepat karena tanpa pengulangan cerita dari masing-masing tokoh terhadap suatu kejadian atau keadaan. Ceritanya ringan, khas remaja tapi juga berbobot. Sungguh, sebuah novel YA yang pantas untuk dibaca.
When U.S. Navy SEAL chief Wes Skelly was sent to L.A. on assignment, he agreed to go on a blind date with beautiful single mother Brittany Evans, sister-in-law of a fellow SEAL. After all, he had been secretly in love for years, albeit with a woman who belonged to another man. So what did he have to lose?Plenty, it turned out. Because suddenly the woman he'd thought he could never have was available. However, so was Brittany--and not only that, she was in danger. Because of him. He knew he could keep her safe. But why was he increasingly certain that he was the one in danger?
Wes Skelly, anggota Navy SEALs sobat renang Bobby Taylor kali ini punya urusan di L.A. Dia akan membantu adik teman-tapi-ngarep-jadi-pacar Lana Quinn yang saat ini telah menikah dengan anggota Navy SEALs yang berbeda tim dengan Wes. Adik Lana seorang artis terkenal dan saat ini ia merasa terganggu karena seorang penggemarnya mulai bertingkah kelewatan. Itu misi pertama Wes. Misi keduanya adalah dia bakal menjalani blind-date dengan Brittany Evans, ipar Cowboy Jones, anggota Navy SEALs teman satu timnya. Brit seorang perawat dengan status janda anak satu. Iya, anaknya Andi yang dulu sempat bermasalah sewaktu Cowboy dalam masa pendekatan dengan Melody, adik Brit. Brit sebenarnya sudah jera menjalin hubungan dengan laki-laki karena perceraiannya dulu. Terlebih saat ini ia harus fokus mengumpulkan uang untuk biaya kuliah Andy dan dirinya sendiri. Andy akan lulus SMU dan Brit berencana untuk ikut kuliah agar tak terlalu jauh dari Andy. Andy sendiri tak keberatan dengan rencana itu. Malah ia senang dengan pemikiran ibunya tak terlalu jauh darinya. Sejak pertemuan pertama dengan Brit, Wes sudah mengatakan kalau ia sebenarnya tak berminat menjalin sebuah hubungannya. Masih ngarep Lana sih.. Dan Brit pun setuju. Sebagai teman baru yang berniat baik, Brit menawarkan rumahnya untuk ditinggali Wes selama di L.A. agar biaya hidup Wes tak terlalu mahal akibat harus tinggal di hotel. Wes menerima usul Brit. Terlebih adiknya Lana mulai gencar mendekatinya dan Wes merasa risih. Si artis muda itu sepertinya ingin menjalin hubungan dengan bodyguardnya. Apalagi Wes ganteng dan bodynya yahud. Untuik menghindari hal itu Wes meminta Brit untuk pura-pura menjadi tunangannya agar tak diganggu lagi oleh si artis.
***
Mulai dari buku pertama tentang Joe Cat hingga tentang Bobby, Wes selalu digambarkan sebagai anggota Navy SEALs bermulut besar, tempramen, dan bila berada di dekat Bobby maka ia akan kelihatan pendek. Pokoknya Wes ini gak banget deh jadi cowok. Tapi di buku ini kelihatan siapa Wes sebenarnya. Anggota Navy SEALs yang penuh dedikasi pada pekerjaannya dan bisa bersikap lembut pada siapa saja. Apalagi nelihat bagaimana interaksi Wes dengan Andy, dan bagaimana cepatnya Wes bereaksi saat Andy butuh bantuan. Untuk porsi romance dan actionnya, sisi romance jauh lebih banyak dari actionnya. Seperti halnya Taylor's Temptation, buku ini pun belum (atau tidak?) diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Padahal sebagai serial penutup cerita Wes terbilang bagus meski saya tak suka pada endingnya. Tidak ditutup oleh adegan atau rencana pernikahan. Bicara cover sih, bagi saya tampilannya biasa saja meski ada beberapa orang yang menganggapnya seksi. Seksi gara-gara si model cowok shirtless? (-_-") Dari 16 edisi yang tercantum di goodreads, favorit saya yang terbitan Silhouette Books pada 2003 dengan judul pada covernya bukan "Night Watch" melainkan "Wild Wild Wes." @ Halmahera 15092013