Saturday, 7 September 2013

#103 Keep Holding On by Susane Colasanti

Penulis : Susane Colasanti
Penerbit : Viking Children's, May 2012
Tebal : 224 halaman (ebook)
Genre : Young Adult
ISBN : 9781101571408


Pernahkah kamu merasa ketika membaca review tentang suatu buku, lalu memutuskan untuk membaca buku tersebut dan... ketika tidak menikmati buku tersebut kamu merasa ada yang salah dengan dirimu?

Saya merasakannya pada buku ini. Saya membuka buku ini dengan ekspektasi tinggi karena buku ini mengangkat tema tentang bullying pada remaja dan karena covernya yang manis. Remaja banget!

Heroine kita bernama Noelle Wexler. Dia dan ibunya tinggal di apartemen sederhana sejak pacar ibunya meninggal dunia dan tidak memberikan peninggalan apapun meski selama ini mereka telah tinggal bareng. Keadaan mereka saat ini sangat kekurangan. Akibatnya di SMU tempat Noelle sekolah ia di-bullying oleh seluruh murid disana. 

Seluruh sekolah menertawakan makan siangnya yang hanya terdiri dari air dan sepotong sandwich berisi daun selada. Mereka menggosipkan sepatu ketsnya yang dipenuhi coretan lyric-lyirc lagu yang dibuat Noelle untuk menutupi lubang disepatunya. Bahkan Matt yang mengaku sayang padanya tidak bersedia tampil dimuka umum sebagai bentuk deklarasi kalau mereka pacaran.


***

Saya bisa mengerti bagaimana seseorang bisa di-bullying hanya karena status ekonominya. Well.. saya mengenal seseorang yang di SMUnya jika ada siswa yang memberikan uang duka selain uang Rp.50.000 atau Rp.100.000 maka siswa tersebut akan ditertawakan seisi kelas dan jadi bahan pembicaraan seisi sekolah. Sehingga teman saya ini selalu berusaha memberi uang duka seperti teman-temannya yang lain meski untuk itu ia harus berpuasa selama beberapa hari karena uang jajannya habis untuk uang duka.

Saya juga bersimpati pada keadaan Noelle. Mengerti bagaimana sakitnya dikucilkan dan diejek. Apalagi ibu Noelle pernah berkata sewaktu Noelle berumur 13 tahun kalau hidup si ibu dirusak total oleh kehadiran/lahirnya Noelle. Apaalagi dirumah si ibu tak pernah memasak untuk Noelle. Ia hanya menyediakan fast food atau makanan beku yang mengakibatkan Noelle mengalami malnutrisi. Ia juga tak pernah sekalipun berbicara pada Noell tentang kehidupan sekolahnya.

Tapi simpati saya berhenti sampai disitu. Sejak halaman awal Noelle dikatakan ingin sekali meninggalkan kota kecilnya karena ia benci hidup disana. Bukannya berjuang agar bisa keluar dari sana, Noelle lebih suka bersikap mengasihi dirinya sendiri, cemburu pada setiap cewek-cewek disekolahnya yang punya barang-barang indah, dan tak punya semangat hidup. Hampir 3/4 isi buku ini isinya Noelle yang sibuk mengasihi dirinya sendiri. 

Hhhhmmm.. apa ya bilangnya. Biasanya orang punya sesuatu yang bisa ia lakukan supaya dia punya tiket untuk keluar dari suatu hal yang dibencinya. Misal berprestasi pada suatu bidang studi atau dibidang lainnya. Noelle jago nulis. Tapi Noelle tidak peduli dengan kemampuannya itu. Dia malah sibuk memperhatikan penampilannya dan... dia menolak kupon gratis makan siang supaya tidak dianggap lebih rendah oleh seisi sekolah. Seharusnya dia berpikir kalau perut yang terisi penuh meski diejek itu jauh lebih menyenangkan dari pada bersikap tinggi hati tapi perutnya kelaparan setiap saat dan tetap juga jadi bahan ejekan.


"I notice Darby's wearing the same shirts I got at the mall a few months ago. Which throws me off all over again. I'm not not used to seeing anyone wear the same clothes I do."

Padahal Noelle punya alasan yang bisa membuatnya semangat. Minimal semangat itu bisa datang dari Sherae sahabatnya yang anak orang kaya yang punya ibu yang selalu saja welcome pada Noelle. Lalu ada Julian Porter. Cowok biasa saja, tidak terlalu populer, teman sebangkunya di kelas Bahasa Spanyol yang sangat perhatian padanya. Diam-diam Julian juga naksir pada Noelle. Tapi Noelle beranggapan kalau dia tak cukup pantas buat Julian.

Ada juga Simon, cowok redaktur majalah sastra di sekolah mereka. Simon selalu menyediakan makan siang untuk seluruh tim majalah tersebut meski sebenarnya tujuan utama Simon adalah Noelle karena Simon tahu Noelle tak pernah cukup makan di rumah, selalu kelaparan, dan malu berada di kantin sekolah dengan kupon makan siang gratisnya. Seandainya saja Noelle tidak sibuk mengasihi dirinya sendiri dia akan tahu kalau dia punya kelebihan. Guru sastra sering memuji dan membicarakan hasil karyanya. Dan mungkin jika tak terlalu terfokus pada diri sendiri ia bisa membantu Ali agar tak terlalu depresi hingga akhirnya bunuh diri.

PoV buku ini dibuat dari sudut pandang Noelle. Mungkin jika dibuat dengan beragam PoV atau minimal dari PoV heroine dan hero-nya pasti karakter Noelle dan Julian lebih terbangun. Dan pembaca bisa tahu sosok Noelle dari sudut pandang orang lain. Karena saya sendiri amat sangat penasaran pada tampilan baru Noelle setelah ia memotong rambutnya di salon mahal dengan meminjam uang Sherae. Menurut Noelle rambut barunya membuatnya makin berantakan dan semua orang bengong melihat rambutnya.

Menurut penulisnya dia menulis buku ini berdasarkan pengalamannya di-bullying sewaktu jaman sekolah dulu. Dan dia ingin membagi pengalamannya kepada remaja-remaja yang lain jika hidup itu tak hanya sebatas SMU dan ada hal yang jauh lebih penting dari tampilan diri. Tapi seperti yang saya katakan, saya bersimpati pada kondisi Noelle tapi lebih dari sekedar simpati. Ia harus belajar untuk kuat, bertahan dengan kehidupan SMU yang tak disukainya, dan pada akhirnya semua akan berlalu juga.

Yah... jika ingin diberi point maka 1 point untuk covernya yang manis yang membuat saya ingin mengoleksi buku ini. Covernya khas YA banget. Dan saya bayangkan penampilan baru Noelle seperti yang ada cover lengkap dengan pita rambutnya. 1 point untuk Sherae, sahabat setia yang bahkan bersedia mengajarkan Noelle menggunakan laundry dirumahnya agar Noelle bisa mencuci baju sendiri karena ia tak tahu bagaimana cara mencuci baju. Biasanya ibu Noelle yang mencuci baju-baju mereka di laundry langganan mereka namun tiba-tiba ibunya berhenti mencuci baju Noelle dan hanya mencuci bajunya sendiri. 1 point terakhir untuk Simon, dengan kepekaannya yang tinggi membantu memberi Noelle makan siang tanpa mempermalukan Noelle.


"My life is happening right now. And whether it remains a complete disaster or starts getting better is up to me. I can't control everything, but there are some things I can change."

 "We're products of our choices. I can make a choice to do more than just survive. Which is why I'm going to start shaping my life into the one I want."



@Halmahera
170712013

1 comment:

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...