Pemerintah, baik itu dalam skala besar seperti negara ataupun skala kecil seperti RT/RW, tentu amat sangat berkewajiban memberi rasa aman bagi setiap warganya tanpa terkecuali. Bagaimana jika ternyata kewajiban itu berubah 180 derajat? Bukannya memberi rasa aman, pemerintah malah meneror setiap warganya.
Adalah Panem, yang beribukota di Capitol, dimana setiap tahun pemerintahan negara tersebut mengadakan sebuah permainan bernama Hunger Games, yang diikuti oleh 12 distrik (sejenis provinsi) di negara tersebut. Masing-masing distrik diwajibkan mengirim satu laki-laki dan satu perempuan melalui sebuah undian dalam Hunger Games. Sebagai hadiah, satu pemenang Hunger Games dan distriknya berhak mendapatkan kelimpahan makanan selama setahun. Hal ini cukup menggiurkan mengingat hampir semua distrik yang ada termasuk dalam distrik miskin. Agar adil, sejak seleksi hingga pengumuman pemenang, Hunger Games disiarkan live lewat jaringan televisi.
Sepertinya Hunger Games terkesan mudah. Namun ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan. Setiap peserta dinyatakan gugur dalam Hunger Games bila ia memang gugur dalam permainan tersebut. Ya, gugur dalam pengertian meninggal. Peserta Hunger Games pun tidak sembarangan. Hanya yang berumur 12 hingga 18 tahun yang diperbolehkan mengikuti permainan tersebut. Siapa yang sanggup melihat para remaja tersebut saling menghabisi demi mendapatkan predikat juara? Itulah yang dilakukan pemerintahan Panem. Menebarkan teror dalam bentuk permainan yang mempertaruhkan nyawa dan melibatkan remaja. Hal ini dilakukan pemerintahan tersebut sebagai pengingat kepada warganya akan kejadian pemberontakan bertahun-tahun silam.
Katniss Everdeen, remaja 16 tahun menggantikan sang adik yang terpilih mengikuti Hunger Games. Rasa sayang dan tanggung jawab atas keselamatan keluarganya sejak umur 11 tahun ketika sang ayah meninggal dunia di pertambangan batu bara dan sang ibu jatuh dalam depresi berkepanjangan. Untuk menghidupi keluarganya, Katniss berburu secara ilegal di hutan yang dijaga ketat oleh pasukan Penjaga Perdamaian. Dalam perburuan itu dia bertemu dengan Gale, yang berusia 2 tahun lebih tua, dan menjadi partner berburu Katniss yang hebat.
Kembali ke Hunger Games, satu lagi warga yang mewakili Distrik 12 adalah Peeta Mellark. Anak laki-laki pemilik toko roti yang beberapa tahun lalu pernah membantu Katniss saat ia kelaparan dan putus asa mendapatkan uang untuk membeli makanan. Berdua mereka mereka saling bantu dalam pertandingan Hunger Games hingga di titik akhir mereka harus saling bunuh demi menjadi pemenang Hunger Games, karena Hunger Games hanya mengenal satu pemenang.
Katniss, sosok remaja yang harus menjadi teladan bagi remaja saat ini. Kerasnya hidup yang Katniss jalani menjelang masa remajanya menempa Katniss menjadi sosok yang tangguh, pemberani, pantang menyerah dan tidak cengeng. Hal itu jugalah yang membuat Katniss tak mengalami masa-masa cinta monyet sehingga saat perhatian bertubi-tubi datang padanya baik dari Gale maupun Peeta, ia tak mengenali arti perhatian, ucapan, ataupun bahasa tubuh mereka.
Urusan cover, jelas tak perlu dikomentari lagi. Sudah mantap. Urusan tipu-menipu typo menypo karena buku yang saya pegang ini sudah cetakan yang kesekian jadi tentu saja sudah dilakukan koreksi. Yang jelas, menyelesaikan buku pertama dari trilogi Hunger Games ini membuat saya tak sabar untuk lanjut membaca buku kedua, Catching Fire.
Pic taken from here |
Judul : The Hunger Games
Penulis : Suzanne Collins
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Serial : Hunger Games Trilogy #1
Kategori : Young Adult
ISBN : 9789792250756
Rating : 5 dari 5 smileys untuk Katniss Everdeen
PS :
- Proyek baca bareng @OceMei... Lihat apa ceritanya tentang Hunger Games di OceMei's Little World - The Hunger Games
- Review ini memang terlalu singkat untuk buku berbintang 5 seperti ini, harap dimaklumi karena review ini dikerjakan disela-sela rapat monitoring dan evaluasi. Jadi harus sembunyi-sembunyi agar tak ketahuan si bos...
bukunya kereeeennn, aku suka
ReplyDeleteiya mas Tezar... bukunya emang keren.... Gak bisa berhenti buat bacanya...
ReplyDeleteSuka dengan cara review-nya. Gak ribet hehe :)
ReplyDeleteBtw, kalau mengingat filmnya, saya agak kurang sreg karena di film tidak dijelaskan tentang asal-usul pin Mockingjay-nya Katniss.
Pada awalnya saya ndak nyangka pas tahu kalo ternyata film The Hunger Games diangkat dari buku dengan judul yang sama. Dan lebih tidak nyangka lagi setelah tahu kalo ternyata bukunya adalah trilogi. Saya tergolong telat noventon filmnya karena saya nonton The Hunger Games sebulan sebelum Catching Fire di-realese. Jadi bisa dibilang saya gak terlalu lama 'digantung' untuk tahu kelanjutan nasib Katniss Everdeen di serial keduanya.
ReplyDeleteBut since I'm not into fantasy book, I couldn't imagine myself reading this kind of book. Saya bukan jenis pembaca yang tahan dengan fantasi-fantasi ciptaan penulis. Contohnya seri Harry Potter and so on. Sorry to say, maka dari itu, saya cukup puas dengan menonton filmnya saja.
Padahal saya yakin, bukunya pasti bercerita lebih detail dibanding filmnya terbukti dengan kamu yang memberi 5 bintang. Tapi yah itu, otak saya tidak segitu jeniusnya untuk dapat membayangkan setiap sihir atau sulap atau kutukan atau apapun namanya. The last, saya suka review kamu sama seperti saya suka filmnya.