Saya selalu bertanya-tanya siapakah pencetus ide dilarang menikah dengan sesama karyawan seperusahaan. Apakah si pencetus ide itu dulu pernah mengalami patah hati atau cinta bertepuk sebelah tangan kepada rekan sekerjanya sehingga agar tak ada lagi yang mengalami nasib serupa ia mencetuskan ide tersebut?
Andrea dan Adjie adalah korban dari peraturan tersebut. Seperti kata pepatah, cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa bersama. Hal itu jugalah yang terjadi pada kedua sejoli itu. Selama empat tahun di divisi yang sama pada ruangan dan lantai yang sama menimbulkan rasa cinta diantara mereka. Namun karena peraturan tersebut mereka terpaksa menutup rapat kisah cinta mereka. Yang tahu tentang hal itu hanya Firman dan Tania, sahabat mereka sekantor.
Adjie, sosok bankir muda berumur 30 tahun yang sukses. Tak hanya meraih kesuksesan pada usia muda, ia juga punya kelebihan lain. Dengan postur tubuh yang cukup tinggi bagi ukuran orang Indonesia yaitu sekitar 181 cm dan berat badan hanya 77 kg, ditambah dengan wajah rupawan, Adjie segera saja menjadi sosok calon suami idaman para perempuan lajang di kantornya (dan dimana saja). Sosok Andrea pun setali tiga uang. Muda, sukses, berambisi, dan berwajah Indo, membuat sosoknya sering dilirik oleh para pria. Hal ini menyebabkan sering timbulnya pertengkaran diantara mereka berdua. Masing-masing pihak mengklaim berhak melarang pasangannya untuk tidak berdekatan dengan lawan jenis. Masing-masing merasa cemburu ketika pasangannya menjalani dinas luar atau bercanda terlalu akrab dengan lawan jenis.
Sepandai-pandainya menyimpan rahasia, hubungan Andrea dan Adjie akhirnya diketahui oleh bos mereka, Bu Karen. Putusan pun dijatuhkan. Tak menunggu setelah mereka melaksanakan pernikahan, mereka diharuskan memilih siapa yang akan keluar dari kantor, siapa yang akan menerima kenaikan jabatan sebagai senior account manager. Mereka berdua gundah (mungkin lebih tepatnya galau, kalau memakai bahasa jaman sekarang), terlebih Andrea. Jabatan baru yang juga ditawarkan kepadanya seperti mimpi yang menjadi nyata. Akhirnya tekad menempati posisi bergengsi sebelum menginjak usia 30 tahun segera terwujud.
Ketika jelang hari pernikahan mereka semakin dekat, konflik diantara mereka pun semakin banyak. Lantas, apa masih wajar jika pernikahan tetap dilangsungkan ketika salah seorang diantara mereka ternyata berpaling kepada yang lain.
"Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya akan mengakui hal ini, but I love being married. My other half. Separuh jiwaku" (p. 282)
Ini adalah pertama kalinya saya membaca karya Ika Natassa. Salut kepada sang pengarang yang begitu detilnya memaparkan dunia perbankan di dalam buku ini. Tak mengherankan memang karena memang dunia perbankanlah yang menjadi dunia sang pengarang. Tapi dengan begitu banyaknya penyerbuan istilah-istilah ekonomi dan perbankan membuat saya sebagai orang awam ekonomi perbankan hanya bisa garuk-garuk kepala saat membaca buku ini. Alhasil hanya ada satu kesimpulan yang saya dapat tentang dunia perbankan : kerjanya bisa juga sampai larut malam tapi semuanya terbayar lunas dengan gaji besar dan bonus yang gila-gilaan dan punya kecenderungan shopaholic pada barang-barang branded. Maaf, jika saya keliru, namun ada begitu banyak branded fashion dan makanan yang bertebaran di buku ini. Sehingga hal itu yang terbentuk di pola pikir saya.
Diluar pemakaian nama-nama barang yang high-class itu, pemakaian bahasa Inggris sebagai bahasa percakapan sehari-hari terasa cukup banyak. Apa percakapan diantara para bankir setiap hari memang banyak menggunakan bahasa Inggris (bukan istilah dalam bahasa Inggris)? Mungkin ada baiknya jika buku ini memang dibuat seratus persen dalam bahasa Inggris, sehingga tak terjadi kolaborasi akbar antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang membingungkan pembaca yang minim pengetahuan bahasa Inggrisnya.
Masalah ceritanya, saya tidak tahu apakah setiap orang yang mau menikah menderita sindrom jelang pernikahan. Meributkan hal kecil yang sebenarnya tak perlu diributkan. Ngambek yang berkepanjangan. Bertanya-tanya apakah dia sang calon pasangan sehidup semati memang pantas untuk mendampingi seumur hidup. Saya tidak-mungkin tepatnya belum-tahu mengenai hal tersebut. Tapi jika memang seperti itu keadaannya... ya saya cuma bilang "mudah-mudahan saya tak seperti itu nanti."
Tentang cover, saya suka covernya yang sederhana. Tempelan-tempelan post-it berwarna kuning yang berisi rencana kerja maupun rencana yang lain cukup menggambarkan sosok Andrea yang super sibuk. Secara keseluruhan novel ini layak untuk dibaca dan setidaknya memberikan gambaran bagaimana kehidupan seorang bankir.
Satu point yang membuat saya cukup menyukai buku ini adalah sang penulis setidaknya masih menghormati budaya ketimuran dengan tidak adanya adegan tidur bareng sebelum pernikahan diantara kedua tokoh utamanya meskipun mereka sudah pernah-meminjam istilah Andrea-baru ciuman dan grepe-grepe doang. Hal seperti itu agak sulit ditemui di buku-buku sejenis saat ini.
Judul : A Very Yuppy Wedding
Penulis : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 288
Kategori : Contemporary Romance
ISBN : 9789792231816
Salah satu novel metropop favoritku nih. :)
ReplyDeletedi semua buku Ika profesi tokohnya pasti bankir, dan bertabur bahasa Inggris :)
ReplyDeleteo..ini buku pertamanya Ika ya, katanya lebuh bagus dari buku keduanya...jadi bank dan bhs Inggris ciri khasnya ya :)
ReplyDeleteAdjie itu tipe cowok yg too good to be true menurutku. ini buku metropop yg pertama kali aku baca dan agak shock waktu bertaburan merk dagang XD
ReplyDeleteIka benara-benar memaksimalkan profesinya ya :D
ReplyDeletemeski belum baca, aku setuju, covernya bagus :)
Sepertinya Ikka terkena sindrom Marga T, ya? Tokoh utama dalam novel-novel Marga T semuanya berprofesi sebagai dokter, sama kayak penulisnya. :D
ReplyDeleteOh ya, soal bahasa Inggris, sepanjang masih bisa dipahami, oke-oke aja menurutku. Tapi... apa iya di dunia nyata ada orang yang sering ngomong bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari? Kayaknya nggak deh. Tapi tetep, novel ini favoritku, haha.
@ vaan : entah kenapa walaupun ceritanya menarik tapi agak sedikit kurang sreg di hatiku... :(
ReplyDelete@ mbak Desty : wah... berarti buku selanjutnya gitu juga ya mbak... bertaburan merk dagang nggak mbak??? seperti buku yang ini???
@ mbak nannia : iya mbak ini buku pertama Ika... dan ya (lagi) kabarnya dunia perbankan dan bahasa Inggris jadi ciri khasnya... Aku belum baca bukunya yang lain sih tapi katanya mbak Desty seperti itu...
@ alvina : hahaha... aku juga pertama kali baca buku ini, mikirnya ini mau cerita atau mau jualan yak...
@ jun : iya covernya keren... aku juga suka sama covernya...
@ vaan : menurutku bukan terkena sindrom Marga T, tapi mungkin Ika lebih merasa nyaman menulis hal yang benar-benar dia paham dari pada menulis hal yang nggak dia pahami dan diprotes banyak orang... :)
Penggambaran Ika Natassa akan kehidupan bankers di buku ini kayaknya mewah banget ya. Dapet apartemen, mobil... lucunya, aku yang dulu juga pernah jadi banker nggak pernah merasakan hal seperti itu dan kehidupan orang2 di bank tempatku kerja juga nggak seperti itu. Makanya buatku cerita ini serasa unreal. Tapi biar gimana, Ika-nya sendiri kan banker juga, jadi pengen pindah ke bank-nya dia.. Haha.
ReplyDeleteAku sendiri terus terang nggak terlalu suka novel ini, walau temanya menarik. Abis, kok kayaknya borju banget. hehe.
pernah baca si salah satu artikel Ika emang nulis berbau banker karena jarang cerita yang tokohnya seorang bangker, dia juga terinspirasi dari salah satu penulis Josh Grisham ya kalo g salah? seorang yang awalnya pekerja hukum trus nulis buku sesuai dg keahliannya, jadi mahfum kalau ceritanya semua berbau apa yg dia sukai :)
ReplyDelete@ mbak Nana : mungkin boleh mbak ditanya tuh ke mbak Ika-nya ada lowongan nggak di banknya mbak mbak Ika. Hehehe....
ReplyDelete@ sulis : pantes... juga karena dia lebih paham tentang dunia perbankan daripada profesi yang lain...
Karya-karya Ika Natassa memang tidak pernah lepas dari dunia perbankan. Saya pernah baca salah satu tweet followers-nya yang meminta supaya di novel selanjutnya si tokoh utama jangan lagi berprofesi sebagai perbankan karena ia bosan baca tentang perbankan mulu, tapi si Ika nggak mau. Hahaha. Kalau nalarku, menulis sesuatu yang memang sesuai bidang yang digeluti di dunia nyata terasa lebih simple daripada harus pilih profesi lain yang bahkan belum pernah disentuh. Nggak harus riset sana-sini dulu kan. Daripada salah-salah tulis. Mungkin itu yang dipikir si author.
ReplyDeleteSoal pencampuran english-bahasa yang bertebaran di mana-mana, anggaplah itu ciri khas seorang Ika--tapi bahasanya masih kalah 'centil' sama Christian Simamora sih--yang begitu mengalir dan lincah memainkan kalimat. Belum lagi tiap tokoh lelaki rekaannya yang selalu jadi idola dan menimbulkan efek delusional para awewe yang kecantol setelah selesai baca.
Nanti kalau baca bukunya yang lain pasti nggak kaget lagi deh. Emang begitu tipe nulisnya. Ada banyak yang suka karena pencampuran itu terasa gurih dan kadang malah jadi lawak. Tapi, ada pula yang nggak suka karena bagi mereka english-nya too much sehingga tidak dapat menikmati 100% jalan ceritanya.
Namun, sayangnya AVYW ini adalah buku Ika yang tidak meninggalkan kesan mendalam buat saya dibanding bukunya yang lain. Entah mengapa. Mungkin karena saat itu saya sudah terlanjur kebelet dan kena sindrom Divortiare + Antologi Rasa sehingga kayaknya mau cepet-cepet aja ngabisin AVYW dan lanjutin baca yang lain.
Untuk tokoh lelaki, Adjie malah nggak masuk hitungan yang bisa bikin saya delusional. Dokter bedah jantung, Beno Wicaksono (Divortiare & Twivortiare) dan si penjahat kelamin, Harris Risjad (Antologi Rasa) malah lebih bisa merebut perhatian saya. Menurut saya, penokohan mereka itu lebih unik daripada Adjie yang kayaknya standar aja.
Penasaran mereka itu kayak apa sampai bikin saya bahkan ribuan awewe lainnya kepincut? Seunik apa mereka? Yuk dibaca dan nikmati sendiri bagaimana sensasinya! :D
Sudah gayanya Ika menulis dalam dua bahasa, kak. Jadi tampaknya hal itu tak akan pernah bisa hilang dari karya-karyanya :D
ReplyDeleteSaya sendiri cukup menikmati Antologi Rasa dan cukup menyukainya dan mikir-mikir untuk membeli edisi ilustrasi, hahah.
Eh, lha kok ngemengin Antologi Rasa?
Saya baru tahu kalau cerita AVYW ini melibatkan soal larangan menikah sesama karyawan. Wah... tampaknya tambah satu lagi nih wishlist saya :)))))
"Saya selalu bertanya-tanya siapakah pencetus ide dilarang menikah dengan sesama karyawan seperusahaan. Apakah si pencetus ide itu dulu pernah mengalami patah hati atau cinta bertepuk sebelah tangan kepada rekan sekerjanya sehingga agar tak ada lagi yang mengalami nasib serupa ia mencetuskan ide tersebut?"
ReplyDeleteMuahahaha.....aku juga selalu penasaran sama hal ini, put X)) Apa jangan-jangan ada studynya kalo karyawan yang menikah dalam satu kantor jadi menurun kinerjanya?
Iya...buku-buku Ika emang selalu kuyup bhs Inggris. IMO...buku ini lebih mending inggrisnya daripada twivortiare 2 misalnya. Tapi kalo dr segi cerita ya emang gitu aja sih.Gak ada yang baru. Kekuatan novelnya Ika (termasuk yg ini) emang di tokoh cowoknya sih
Oh tentang cinta terkendala kantor ya.. Kirain tentang pernikahan yang gimana.. Judul sama covernya simple tapi eye catching ya.. Saya direkomendasiin teman utk baca yg satu ini tapi sepertinya saya mikir2 dulu hehe..
ReplyDeleteSaya baru baca karyanya yg Antologi Rasa doang.. Dan ga ngerasa cocok meski saya akui, penceritaannya bagus dan tokohnya kuat. Kalau mba Putri di review ini menaruh point positif dgn gaya pacarannya si calon manten, maka di AR kira2 mba Putri komentarin apa ya... :D
Jadi gini, karena sedari dulu saya memang pecinta contemporary romance, jadi lini Metropop terbitan Gramedia ini adalah favorit saya. Dan karena kebetulan A Very Yuppi Wedding ini masuk dalam lini Metropop, jadi rasanya wajar-wajar saja kalo kolaborasi Inggris-Indonesia sangat banyak. Justru dari situ saya banyak belajar bahasa Inggris. :)
ReplyDelete"Saya selalu bertanya-tanya siapakah pencetus ide dilarang menikah dengan sesama karyawan seperusahaan. Apakah si pencetus ide itu dulu pernah mengalami patah hati atau cinta bertepuk sebelah tangan kepada rekan sekerjanya sehingga agar tak ada lagi yang mengalami nasib serupa ia mencetuskan ide tersebut?"
ReplyDeleteApa aku harus nanya ke direksi di kantor kantor ku ya mak. Mereka bikin SK yang ngelarang nikah satu instansi walau beda proses bisnisnya :(