"Aduhai dewata... adakah yang lebih menyakitkan daripada melihat kekasih menangis dan meratap?" (Hadi - p. 66)
Hadi memiliki hidup yang normal dan bahagia, sebentar lagi dia menikah dengan Shinta. Namun saat berwisata ke Cina, Hadi terus-menerus mendapat bayangan dirinya berada di masa lalu, mengekan jubah merah-ungu dengan sulaman naga dan burung hong. Jane lauw, gadis pemandu turnya, memang pernah berkata gaya Hadi mirip kaisar-kaisar dinasti Ming.
Hadi bertambah bingung ketika bayangan gadis cantik berwajah klasik dan berpakaian ala dayang istana terus mengusiknya. Dayang itu begitu mirip dengan Jane Lauw. Mereka sama-sama memiliki senyum manis, sorot mata kelam, suara merdu, dan gerakan gemulai...
Jika benar Hadi reinkarnasi pangeran Dinasti Ming, apakah Jane Lauw reinkarnasi A Mey? Kalau begitu, seharusnya dia bersatu dengan Jane Lauw untuk mengabulkan cinta A Mey yang kandas ditengah jalan. Namun bagaimana dengan Shinta yang menunggunya di tanah air?
Hadi bertambah bingung ketika bayangan gadis cantik berwajah klasik dan berpakaian ala dayang istana terus mengusiknya. Dayang itu begitu mirip dengan Jane Lauw. Mereka sama-sama memiliki senyum manis, sorot mata kelam, suara merdu, dan gerakan gemulai...
Jika benar Hadi reinkarnasi pangeran Dinasti Ming, apakah Jane Lauw reinkarnasi A Mey? Kalau begitu, seharusnya dia bersatu dengan Jane Lauw untuk mengabulkan cinta A Mey yang kandas ditengah jalan. Namun bagaimana dengan Shinta yang menunggunya di tanah air?
Review
Ini pertama kalinya saya membaca karya mendiang Lan Fang. Ceritanya mengalir bagaikan air, sederhana, bahkan mungkin terlalu sederhana, karena nyaris tidak ada konflik yang menonjol. Konflik batin yang dialami Hadi, sebagai tokoh utama pria pun, tak terlalu mendayu-dayu. Sebagai informasi, cerita dalam buku ini merupakan Pemenang Penghargaan Lomba Cerber (Cerita Bersambung) Femina 1997 dan dimuat sebagai sebagai cerita bersambung dalam majalah tersebut.
Mungkin itu alasan yang tepat mengapa buku ini nyaris terlalu datar emosi maupun konfliknya. Bukankah setiap perlombaan menulis cerita pendek maupun cerita bersambung sudah ditentukan jumlah maksimal kata atau karakter yang dipakai. Jadi tak terlalu banyak pengembangan karakter dan emosi tokohnya karena keterbatasan jumlah karakter. Ketika dijadikan cerita bersambung, apalagi yang terbit setiap minggu atau setiap bulaan, penggalan-penggalan cerita ini saya yakin cukup mampu membuat para pembacanya menanti-nanti lanjutan kisahnya setiap minggu atau setiap bulan. Namun ketika dibukukan menjadi sebuah novel, kesan yang muncul menjadi terlalu datar.
Terlepas dari itu semua, cerita yang menjadi pembuka jalan mendiang Lan Fang untuk berubah haluan dari penulis cerpen remaja ringan menjadi pemulis cerita dengan latar belakang budaya yang kental, cukup diacungi jempol. Masih terasa "sisa-sisa" jiwa remaja dalam buku ini sekaligus mencoba menjadi dewasa dalam waktu bersamaan. Untuk bacaan ringan disela-sela kesibukan atau disela-sela bacaan yang agak berat dan tebal, buku ini layak untuk dibaca.
Bicara cover, covernya cukup sederhana dengan gambar tiga orang gadis memakai baju berwarna pink, yang mewakili sosok ketiga tokoh prempuan yang ada di buku ini, Shinta, A Mey, dan Jane Lauw... Kesannya cukup girly....
Kutipan lain yang saya sukai di buku ini :
"Cinta mampu menembus ruang dan waktu. Cinta tiada melihat tinggi-rendah kedudukan. Cinta pula tiada mengukur banyak-sedikit rupiah. Cinta pun tak membanding suku, bangsa, dan agama. Cinta bukan hanya sekadar nafsu antara laki-laki dan perempuan. Tetapi cinta bisa berupa bakti kepada orangtua. Cinta bisa menjadi pengorbanan untuk negara. Cinta berwujud kasih kepada sesama. Cinta pun bisa menjelma menjadi bentuk tertinggi ketika kita bersujud kepada Pencipta. Cinta punya kekuatan untuk menciptakan kedamaian. " (Shinta - p. 91)
Catatan sang pengarang yang ada diakhir cerita cukup menggelitik saya, mengingat Lan Fang mengangkat isu rasisme yang dialaminya. Apalagi saat membaca saat dia mengalami kebingungan identitas kebangsaannya. Di Indonesia ia dibilang orang China, dan di China ia dibilang orang Indonesia karena passport Indonesia yang dipegangnya.
Judul : ReinkarnasiPenulis : Lan FangPenerbit : Gramedia Pustaka Utama (tahun 2003)Halaman : 111
ISBN : 9789792206371
PS : buku ini sebenarnya untuk Posting Bareng BBI dengan tema buku Gramedia pada hari ini, 31 Mei 2012 jam 09:00 WIB, tapi... saya telat... ^_^ Buku ini juga hasil rampokan dari OceMei waktu mini gath kemarin...