“Takdir memang lucu. Kita benar-benar tidak bisa mencegah siapa yang akan kita temui dalam hidup kita.” (p. 182)
Adrian Aditomo benar-benar tipikal pria kaya yang dibenci Miranda, tidak peduli betapa tampan dan seksinya pria itu. Sifatnya angkuh dan begitu superior.
Ada lagi, pria itu sinting! Adrian berani menculik Miranda hanya untuk mengatakan kalimat yang tidak masuk akal—“Adik Anda merebut tunangan saya,” kata pria itu dingin.
“Hah?” Hanya itu yang bisa dikatakan Miranda. Apakah orang yang dimaksud pria itu adalah Nino? Nino-nya yang masih berumur tujuh belas tahun dan masih polos? Tidak mungkin Nino-nya yang masih remaja itu menyukai wanita yang lebih tua, apalagi milik orang lain!
Demi untuk membersihkan nama baik Nino, Miranda terpaksa bekerja sama dengan Adrian. Hal yang sangat sulit dilakukan karena mereka berdua tidak pernah sependapat dan selalu bertengkar.
Seharusnya sejak awal Miranda menolak berurusan dengan Adrian. Ia benar-benar mengabaikan firasatnya. Firasat yang mengatakan Adrian mampu menjungkir-balikkan hidupnya dan terutama... hatinya.
Ada lagi, pria itu sinting! Adrian berani menculik Miranda hanya untuk mengatakan kalimat yang tidak masuk akal—“Adik Anda merebut tunangan saya,” kata pria itu dingin.
“Hah?” Hanya itu yang bisa dikatakan Miranda. Apakah orang yang dimaksud pria itu adalah Nino? Nino-nya yang masih berumur tujuh belas tahun dan masih polos? Tidak mungkin Nino-nya yang masih remaja itu menyukai wanita yang lebih tua, apalagi milik orang lain!
Demi untuk membersihkan nama baik Nino, Miranda terpaksa bekerja sama dengan Adrian. Hal yang sangat sulit dilakukan karena mereka berdua tidak pernah sependapat dan selalu bertengkar.
Seharusnya sejak awal Miranda menolak berurusan dengan Adrian. Ia benar-benar mengabaikan firasatnya. Firasat yang mengatakan Adrian mampu menjungkir-balikkan hidupnya dan terutama... hatinya.
^^^^^^^^
Bangun pagi, masih memakai baju tidur bergambar Aurora, Miranda mengalami penculikan yang membawanya ke pulau Dewata, Bali. Di sana ia bertemu denganAdrian yang mengaku jika tunangannya direbut oleh Nino, orang terdekat Miranda.
Tidak terima atas tuduhan itu, Miranda menerima tawaran Adrian untuk mematai kegiatan Nino yang juga berada di Bali. Malang, di beberapa kesempatan Nino terlihat bersama Jess meskipun kebersamaan itu tidak terlalu mencolok.
Saat kembali ke Jakarta, Miranda dan Adrian telah menyadari bahwa kebersamaan mereka yang singkat tersebut telah menjadikan perasaan mereka berubah. Ada cinta yang hadir diantara mereka. Namun, Donnie seseorang di masa lalu dan Hendra, pria yang lebih dulu mendekati Miranda sebelum kejadian penculikan tersebut, muncul dan mengubah semua yang seharusnya terjadi.
Ada beberapa roman terjemahan yang biasa disebut dengan Harlequin yang mengingatkan saya pada cerita dibuku ini. Namun hal tersebut tetap tidak mengurangi kenyamanan saya saat membaca buku ini. Mengapa? Jelas yang pertama karena settingnya di Indonesia tepatnya di pulau Bali. Lalu gaya bahasanya yang tidak baku, meskipun beberapa bagian terasa agak sedikit ganjil saat perpindahan bahasa baku dengan non baku, namun tetap terasa nyaman. Fonts yang cukup besar juga tidak membuat mata lelah.
Bicara cover, warnanya sungguh cemerlang. Kuning terang dengan gambar kartun sepasang cewek cowok. Dimana si cowok berpakaian jas lengkap dengan sepatu pantofelnya yang mengkilap, menggambarkan sosok sukses seorang Adrian. Dan cewek berbaju kaos bercelana jeans yang robek pada lututnya dan sepatu kets melengkapi penampilannya.
Kekurangan buku ini mungkin terletak pada beberapa adegan yang saya rasa agak terlalu lebay. Salah satunya adegan Miranda ke sekolah dengan terburu-buru dengan baju yang super cuek, ataupun kesukaannya pada cerita-cerita dongeng. Seharusnya bisa dibuat wajar saja, toh siapapun tidak dilarang bisa menyukai cerita-cerita tesebut, namun saking favoritnya hingga baju tidurnya pun bergambar Princess Aurora??? Please... memang Miranda masih dan berjiwa muda, tapi sosoknya sekarang sudah menjelma menjadi seorang ibu, ditambah dengan pengalaman berat membesarkan buah hati sendirian tanpa status menikah setidaknya cukup membuat seorang Miranda lebih dewasa dan bijaksana bukan???. Bukan seperti gadis masa kuliah yang masih gokil. Setidaknya Miranda bisa ditampilkan lebih kalem.
Bangun pagi, masih memakai baju tidur bergambar Aurora, Miranda mengalami penculikan yang membawanya ke pulau Dewata, Bali. Di sana ia bertemu denganAdrian yang mengaku jika tunangannya direbut oleh Nino, orang terdekat Miranda.
Tidak terima atas tuduhan itu, Miranda menerima tawaran Adrian untuk mematai kegiatan Nino yang juga berada di Bali. Malang, di beberapa kesempatan Nino terlihat bersama Jess meskipun kebersamaan itu tidak terlalu mencolok.
Saat kembali ke Jakarta, Miranda dan Adrian telah menyadari bahwa kebersamaan mereka yang singkat tersebut telah menjadikan perasaan mereka berubah. Ada cinta yang hadir diantara mereka. Namun, Donnie seseorang di masa lalu dan Hendra, pria yang lebih dulu mendekati Miranda sebelum kejadian penculikan tersebut, muncul dan mengubah semua yang seharusnya terjadi.
^^^^^^^^^
Ada beberapa roman terjemahan yang biasa disebut dengan Harlequin yang mengingatkan saya pada cerita dibuku ini. Namun hal tersebut tetap tidak mengurangi kenyamanan saya saat membaca buku ini. Mengapa? Jelas yang pertama karena settingnya di Indonesia tepatnya di pulau Bali. Lalu gaya bahasanya yang tidak baku, meskipun beberapa bagian terasa agak sedikit ganjil saat perpindahan bahasa baku dengan non baku, namun tetap terasa nyaman. Fonts yang cukup besar juga tidak membuat mata lelah.
Bicara cover, warnanya sungguh cemerlang. Kuning terang dengan gambar kartun sepasang cewek cowok. Dimana si cowok berpakaian jas lengkap dengan sepatu pantofelnya yang mengkilap, menggambarkan sosok sukses seorang Adrian. Dan cewek berbaju kaos bercelana jeans yang robek pada lututnya dan sepatu kets melengkapi penampilannya.
Kekurangan buku ini mungkin terletak pada beberapa adegan yang saya rasa agak terlalu lebay. Salah satunya adegan Miranda ke sekolah dengan terburu-buru dengan baju yang super cuek, ataupun kesukaannya pada cerita-cerita dongeng. Seharusnya bisa dibuat wajar saja, toh siapapun tidak dilarang bisa menyukai cerita-cerita tesebut, namun saking favoritnya hingga baju tidurnya pun bergambar Princess Aurora??? Please... memang Miranda masih dan berjiwa muda, tapi sosoknya sekarang sudah menjelma menjadi seorang ibu, ditambah dengan pengalaman berat membesarkan buah hati sendirian tanpa status menikah setidaknya cukup membuat seorang Miranda lebih dewasa dan bijaksana bukan???. Bukan seperti gadis masa kuliah yang masih gokil. Setidaknya Miranda bisa ditampilkan lebih kalem.
Judul : I Hate Rich MenPenulis : Virginia NovitaPenerbit : Gramedia Pustaka UtamaHalaman : 288Kategori : Contemporary Romance
ISBN : 9789792278453
Eh tapi aku pengen lho punya kaus dg tulisan lucu2... kalau ada beneran aku sih ga keberatan beli :D
ReplyDeleteMiranda juga ada kok pribadinya yang terlihat lebih dewasa dan bijak. Tapi penampilannya yang gokil juga seru :D
ReplyDeleteJadi pengen punya ibu yg kepribadiannya kayak Miranda ;)