Monday, 23 April 2012

#30 Goodnight Tweetheart by Teresa Medeiros


“Hallo, Dr. Evil. Tentunya kau tidak berpikir kau bisa menghindar dariku selamanya.” (Abby Donovan – p. 247)

@PenulisButuhIde
Setelah novel debutnya menjadi buku pilihan Oprah, Abby Donovan punya utang besar: menyelesaikan buku keduanya, yang sementara ini mandek pada Bab Lima. Jadi, sebenarnya Twitter hanya mengganggu konsentrasinya.
Trending Topic: True Love
Follower ber-ID MarkBaynard—dosen sinis yang sedang cuti panjang, begitu katanya—mengajarinya banyak hal tentang Twitter, sehingga Abby tak kesulitan menyuarakan pikirannya dalam 140 karakter. Tak lama, halangan menulisnya pun berangsur-angsur sirna.
Masalahnya, benarkah Mark Baynard nyata? Ataukah kedekatan mereka hanya ilusi sekejap yang tercipta di dunia maya?
#FollowToday
Kisah ini ditulis hampir seluruhnya dalam dialog tweet dan DM. Seperti rekaman chatting dengan teman yang kita simpan untuk dibaca lagi di kemudian hari.

* Kunjungi Teresa Medeiros di teresamedeiros.com dan follow @teresamedeiros di Twitter.

^^^^^^^^^
Social media sepertinya sudah menjadi bagian hidup masyarakat saat ini. Seiring waktu kemunculan social media itu pun timbul tenggelam. Satu yang sedang populer saat ini adalah twitter. Masyarakat pun seperti berbondong-bondong memiliki akun di social media dengan lambang si burung biru ini. Mulai dari remaja, dewasa, penjual keripik, presiden, menteri, atau siapapun itu yang memiliki (atau diperkirakan bakal memiliki) tampuk suatu kekuasaan pun memilikinya.

Abby Donovan, penulis yang sedang mengalami writer's block akhirnya memiliki akun di twitter, yang dibuatkan oleh publisisnya. Di hari pertama ia membuka akun twitternya, ia berkenalan dengan seseorang yang mengaku bekerja sebagai dosen sastra Inggris yang sedang berlibur panjang di dataran Eropa. Percakapan yang pada awalnya hanya sebagai kegiatan pengisi waktu luang dimana Mark mengajari step-by-step bertwitter menjadi serius. Saking seriusnya mereka sampai berkencan, tentu saja di dunia maya.

Tweet-tweet mereka baik dalam bentuk tweet maupun Direct Message cukup menghiburkan dan mendominasi isi buku ini. Meskipun beberapa cukup vulgar. Dan percakapan itu selalu dimulai dengan "Kau pakai baju apa?" serta diakhiri oleh "Goodnight tweetheart..." yang tak pernah berbalas, dan pada satu kesempatan "Goodnight tweetheart" itu sempat berubah menjadi "Sweet dreams, tweetheart". Pada suatu ketika kebohongan dalam setiap percakapan itu terungkap, masing-masing kehilangan pegangan. Sosok yang selama ini menghiasi lini masa mendadak bungkam. Tak tahu harus berkata apa. Namun, seberapa pahitnya kebenaran yang terungkap, ia tetaplah yang terbaik. Meski tidak terasa baik-baik saja bagi kedua pihak.

^^^^^^^^^
"Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat." itulah ungkapan yang tepat untuk disematkan untuk dunia maya. Siapa saja bisa kita temui di dunia maya, mulai dari Kutub Utara hingga Kutub Selatan, mulai dari negara dengan empat musim hingga negara hanya dengan dua musim. Dengan orang-orang itu kita bahkan tak akan pernah mengenalnya. Dia dimana, kita dimana. Namun kebaikan, perhatian mereka terkadang bagi kita melebihi kebaikan dan perhatian orang-orang yang kita kenal di dunia nyata.

Itulah yang sering dirasakan oleh banyak orang, sekaligus melupakan kenyataan bahwa kemanisan bahasa tak selalu berarti kemanisan hati. Ya... dunia maya juga menyimpan sisi gelapnya. Menyimpan sekaligus menyadarkan siapa saja bisa menjadi siapa atau apa pun yang ia inginkan. Itulah pesan yang diselipkan Teresa Medeiros dalam buku ini.

^^^^^^^^^
Alurnya yang cepat, penokohan yang tidak terlalu banyak, dengan PoV dari sisi Abby, setting yang hanya terfokus pada apartemen Abby,  dan cerita pendukung yang tak terlalu banyak memakan porsi cerita adalah kelebihan dari buku ini. Belum lagi celetukan-celetukan di antara Abby dan Mark dan nama-nama tokoh dari serial-serial populer yang selalu mereka pakai setiap akan menutup percakapan mereka. Namun sayang, cerita akhir yang mengambang membuat saya gemes pada buku ini. Seperti sengaja dipotong untuk dilanjutkan di buku berikutnya.

Bicara cover, dengan sangat menyesal saya harus mengatakan saya tidak menyukai cover terbitan Gramedia. Meskipun berwarna cerah namun tidak menggambarkan judul buku. Kemana hilangnya burung biru yang menjadi icon twitter? Jika mau diganti minimal buatlah huruf "t" pada "Goodnight Tweetheart" menyerupai huruf "t" icon twitter. Akan lebih terasa kuat kesan twitter yang terangkum dalam judulnya. 

Saya lebih menyukai cover aslinya karena ada si burung biru di sana. Ditambah dengan gambar secangkir kopi dengan bentuk hati pada buih kopi dan sekantung kertas gula pasir yang bertuliskan "A Love Story in 140 Characters or Less" yang menjadi tagline yang tepat bagi buku ini.


Penulis :  Teresa Medeiros
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 248
Kategori : Contemporary Romance
ISBN : 9789792278378
Rating : untuk kisah dalam tweet Abby si penulis dan Mark si professor.


2 comments:

  1. Saya juga sukaaaaaaaaaaa... sama buku ini....:)

    ReplyDelete
  2. sip... ceritanya ringan namun tidak terlalu mengada-ngada...

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...