Monday, 16 April 2012

#28 Confessions of a Call Center Gal by Lisa Lim



"Impianku adalah menjadi seorang penulis, dan aku berutang pada diriku sendiri  untuk mengejar impian itu." (Maddison Lee - p. 437)

Madison Lee adalah mahasiswi yang baru menyelesaikan kuliahnya dan siap berkiprah di dunia media massa. Namun, kenyataan berbicara lain. Putus asa dan tak punya pilihan lain, ia menerima lowongan sebagai gadis call center.

Di Lightning Speed call center di Spudsville, Maddy mulai menggeluti dunia customer service yang liar, aneh, dan sering kali menyebalkan di mana penjualan lebih membanggakan daripada layanan dan delapan jam kerja berarti delapan jam menerima telepon yang mengaduk-aduk emosi.

Tapi di tengah hiruk-pikuk itu, Maddy berhasil menemukan penghiburan saat on maupun off dari telepon. Bahkan getar-getar cinta menyusup sejak kehadiran seorang Mika Harket, sesama karyawan call center yang menawan.

Membaca novel ini membawa Anda ke dunia call center yang norak sekaligus menyenangkan, kejam sekaligus mengasyikkan. Tak akan terlupakan...

^^^^^^^^^

Tak pernah ada pekerjaan yang rendah di dunia ini. Selama dirimu bekerja dan tak bergantung pada orang lain, selama itulah kau seorang yang merdeka atas hidupmu.

Terancam menjadi pengganguran setelah tamat kuliah dengan hanya dua pilihan, bekerja di tempat yang tidak sesuai dengan ijazahmu atau menjadi pengangguran. Maddison Lee atau yang lebih dikenal dengan Maddy lebih memilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan ijazahnya. Dan... bersama Kars, sang sahabat ia bekerja di Lightning Speed, sebuah perusahaan operator penyedia jasa telepon genggam. Meskipun pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan keinginannya.


Ternyata tak hanya pekerjaan yang ada di kubikel-kubikel di Lightning Speed. Ada kehidupan juga disana, seperti yang dirasakan Maddy. Di mendapatkan sahabat baru, si Truong, pria keturunan Vietnam dengan orientasi seksual lebih menyukai sesama jenis. Ada cinta, yang dirasakannya pada Mika, si Dewa Matahari. Dan tak lupa, ada pertengkaran serta kecemburuan. 

"Sudah hampir seminggu berlalu, dan kami masih tidak saling percaya. Aku benar-benar sedih, dan rasanya menyakitkan menyadari bahwa seekor ular licik seperti Bob Seely berhasil memisahkan kami." (p. 129)

Pelan-pelan Maddy mulai bisa beradaptasi dengan pekerjaannya. Belajar untuk tidak merasakan pongah saat seorang pelanggan menyatakan rasa terima kasih atas bantuannya yang teramat besar dengan berencana mengirimkan masakan buat Maddy. Belajar untuk menahan amarah saat menerima keluhan dari pelanggan, yang memperlakukannya seolah-olah ia hanyalah seperangkat komputer yang tidak punya perasaan dan telah terprogram untuk menyelesaikan masalah apapun. Belum lagi kebijakan perusahaan dan tekanan yang diberikan sang supervisor yang terkadang tidak masuk diakal.

 "Kadang-kadang, hanya untuk iseng, aku membuat suaraku terdengar seperti robot supaya si penelpon berpikir mereka sedang berbicara dengan mesin, dan menutup telepon." (p. 312)

Walaupun mendapat kenaikan pangkat yang membuatnya bisa lebih dekat lagi dengan sang pujaan hati, Mika, namun ternyata Maddy masih menyimpan hasrat untuk bekerja sesuai dengan bekal yang didapatnya di bangku kuliah dan mengejar mimpinya yang belum sempat direalisasikannya.
"Impianku adalah menjadi seorang penulis, dan aku berutang pada diriku sendiri  untuk mengejar impian itu." (p. 437)

^^^^^^^^^

Saat Mbak Fanda, mengatakan chicklit ini adalah chicklit cerdas, yang terlintas di otak saya adalah "Secerdas apa sih??? Palingan cuma ngomongin soal cinta." dan meskipun buku ini masuk dalam daftar wishlist, namun setiap saat memesan buku via bookstore online buku ini selalu saja tersisihkan. Terganti oleh buku lain yang lebih menarik perhatian saya.


Namun setelah saya membaca buku ini, saya setuju dengan ucapan mbak Fanda. Chicklit ini tidak melulu bicara tentang cinta, kegalauan, dan hal-hal remeh temeh lainnya. Ada pesan yang diselipkan Lisa Lim dalam buku ini. Pesan bagaimana kita tidak memandang rendah pada setiap pekerjaan. Pesan bagaimana kita tidak menganggap remeh orang-orang yang pekerjaannya setiap hari "hanya" menjawab keluhan yang masuk. Pesan bagaimana kita harus lebih memandang mereka bukan sebagai robot namun sebagai manusia yang punya hati, punya masa ketika emosinya sedang labil, dan punya hak untuk diperlakukan dengan baik oleh para pelanggan.


Selain ceritanya yang tidak biasa untuk ukuran sebuah chicklit, alur ceritanya juga nyaman diikuti karena perpindahan antara alur satu dengan lain berjalan mulus sehingga tidak terasa buku ini selesai begitu saja.

Bicara tentang cover... saya sangat menyukai cover terbitan Gradien Mediatama ini. Gambar seorang cewek berambut pendek berkemeja biru yang sedang memakai headset (yang kata Truong adalah bando) dikepalanya, benar-benar menggambarkan sosok seorang gadis call center. Sementara cover edisi lainnya tak begitu tepat menggambarkan sosok gadis yang dimaksud.

 


Oh... di buku ini memang tidak ada adegan termasuk kategori vulgar, namun ada beberapa istilah yang mengacu pada alat kelamin yang lumayan jelas penyampaiannya , setidaknya bagi saya, dan jelas pelakunya siapa lagi kalau bukan Truong.


Kutipan lain yang saya sukai dari buku ini diantaranya...

"Kehilangan beliau membuatku merasa hancur. Aku kehilangan ayah sekaligus sahabat baikku. Beliau adalah hal paling nyata yang pernah kumiliki, dan ketika pergi beliau meninggalkan sebuah lubang menganga dalam hidupku." (p. 63) 
"Jadi sama dengan bahasa Inggris. Cara terbaik untuk belajar dan menikmatinya adalah dengan membaca sesuatu yang membuatmu terpikat. Begitu kamu mulai membacanya, kamu nggak akan bisa berhenti." (p. 82) 
"Aku selalu merasa hubungan yang paling baik dimulai dari persahabatan yang baik."  (p. 423) 
Judul Saduran : Pengakuan Gadis Call Center
Penulis : Lisa Lim
Penerbit : Gradien Mediatama
Halaman : 462
Kategori : Contemporary Romance
ISBN : 9786022080435
Rating :  untuk si cewek call center, Maddy.

1 comment:

  1. Makasih Putri udah baca buku ini. Mengenai yg vulgar, ucapan Truong itu sebenarnya sudah "kuperhalus", aslinya lebih vulgar lagi, hehehe... :)

    Moga2 ketemu lagi dengan chicklit yang "berisi" lagi ya, lumayan buat selingan, ringan tapi gurih (memang makanan?..)

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkomentar. Komentar sengaja dimoderasi untuk menghindari spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...